Virus Corona Itu Ciptaan Allah, Mari Kita Pahami!

Virus corona itu ciptaan allah, mari kita pahami! – Penduduk dunia, termasuk Indonesia saat ini menghadapi musibah global, yaitu Pandemi Coronavirus Desease (Covid-19). Virus mematikan ini telah merenggut banyak nyawa di seluruh dunia.

Dapat dimaklumi, semua orang mengalami kepanikan dan ketakutan yang luar biasa terhadap keganasan Covid-19 ini.


Namun demikian, seorang muslim harus bersikap baik dan bijaksana dalam menghadapi musibah ini. Menyikapi hal ini sebagai suatu takdir dari Allah Swt.

Akan tetapi memang ada yang salah memahami, lebih-lebih ketika pemerintah mengajak pada individu untuk menjaga jarak ketika berkumpul.

Sehingga sampai saran dari bapak Presiden dan beberapa kepala daerah, termasuk juga MUI untuk beribadah di rumah.

Konsekuensinya shalat jamaah dan shalat Jumat ditiadakan dulu sementara waktu, dan cukup beribadah di rumah  dan shalat Jumat diganti shalat Zhuhur 4 rakaat. Saran  baik ini pun masih saja ada yang menolaknya.

Padahal saran ini sangat baik untuk beberapa tempat yang sudah jatuh banyak korban karena virus ini, apalagi di daerah tersebut berkumpul orang banyak.

Beberapa nasihat terkait  virus Corona, perlu kami sampaikan kali ini, terutama terkait keimanan pada takdir yang sebagian orang keliru memahaminya.

1.Seorang muslim harus mengimani takdir dengan benar.
Allah Taala berfirman,

ﺀﻲ ﻞﻛ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49)

Dalam hadits Jibril disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ﻩﺮﺷﻭ ﻩﺮﻴﺧ ﺭﺪﻘﻟﺍﺑ ﻦﻣﺆﺗﻭ ﺮﺧﻵﺍ ﻡﻮﻴﻟﺍﻭ ﻪﻠﺳﺭﻭ ﻪﺒﺘﻛﻭ ﻪﺘﻜﺋ ﻻﻣﻭ ﷲﺏ ﻦﻣﺆﺗ

Engkau beriman kepada Allah, kepada para  Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para  rasul- Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no.8).


2.Kaitannya  dengan takdir, adempat hal yang mesti diimani.

a.Al-‘Ilmu (ilmu)  yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam  ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba.

b..Al-Kitabah (pencatatan) yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah.


c..Al-Masyi’ah (kehendak) yaitu apa  yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.

d.Al-Kholq (penciptaan) yaitu segala yang ada  di alam  ini adalah makhluk  yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada  yang hasil perbuatan Allah (seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman) dan ada yang merupakan perbuatan hamba.

Dalil dari poin pertama dan kedua di atas adalah firman Allah Ta’ala,



ﺮﻴﺴﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻚﻟﺫ ﻥﺇ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻚﻟﺫ ﻥﺇ ﺽﺭﺄﻟﺍﻭ ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ ﻲﻓ ﺎﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺃ ﻢﻠﻌﺗ ﻢﻟﺃ



“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa  saja yang ada  di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah.” (QS. Al-Hajj: 70).

Dalil hadits yang menunjukkan bahwa takdir itu sudah dicatat adalah: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ﺔﻨﺳ  ﻒﻟﺃ ﻦﻴﺴﻤﺨﺑ ﺽﺭ ﻷﺍﻭ ﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ ﻖﻠﺨﻳ ﻥﺃ ﻞﺒﻗ ﻖﺋ ﻻﺨﻟﺍ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺐﺘﻛ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk  sebelum 50.000 tahun  sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 2653)

Kemudian  dalil dari *point ketiga* tentang masyiah bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah adalah ayat,

ﻦﻴﻤﻟﺍﻌﻟﺍ ﺏﺭ ﻪﻠﻟﺍ ﺀﺎﺸﻳ ﻥﺃ ﺎﻟﺇ ﻥﻭﺀﺎﺸﺗ  ﺎﻣﻭ


Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam. (QS. At-Takwir: 29).

Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa segala sesuatu telah diciptakan oleh Allah, termasuk perbuatan manusia adalah firman Allah,

ﻠﻤﻌ ﻢﻜ

Allah menciptakan kamu dan apa  saja yang kamu perbuat.”(QS. Ash-Shaffaat: 96).

Pada ayat  Wa ma ta’malun’ (dan apa  saja yang kamu perbuat) menunjukkan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah.

Berdasarkan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

a.Virus corona yang saat ini menyebar sudah diketahui oleh Allah.

b.Virus corona yang sudah menelan banyak  korban  berarti  sudah tercatat pula dalam takdir.

c.Virus corona itu menyebar atas kehendak Allah, tak bisa lepas dari kehendak-Nya, sehingga tidak bisa menular dengan sendiri-Nya, meskipun ada sebab untuk menyebar.

d.Virus corona diciptakan oleh Allah.


4. Virus corona bisa terkena pada kita itu dengan takdir Allah


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya,


ﻙﻭﺮﻀﻳ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ ﺍﻮﻌﻤﺘﺟﺍ ﻮﻟﻭ ﻚﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﺒﺘﻛ ﺪﻗ ﺀﻰﺸﺑ

ﻻﺇ ﻙﻮﻌﻔﻨﻳ ﻢﻟ ﺀﻰﺸﺑ  ﻙﻮﻌﻔﻨﻳ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ ﺖﻌﻤﺘﺟﺍ ﻮﻟ ﺔﻣ

ﻷﺍ ﻥﺃ ﻢﻠﻋﺍﻭ

ﻒﺤﺼﻟﺍ ﺖﻔﺟﻭ ﻡ   ﻻﻗ    ﻷﺍ ﺖﻌﻓﺭ ﻚﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﺒﺘﻛ ﺪﻗ ﺀﻰﺸﺑ

ﻻﺇ ﻙﻭﺮﻀﻳ ﻢﻟ ﺀﻰﺸﺑ

Ketahuilah sesungguhnya seandainya ada  umat  bersatu untuk memberikan satu manfaat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Seandainya ada  umat  bersatu untuk memberikan mudarat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan mudarat kepadamu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Pena sudah diangkat dan lembaran catatan sudah kering._ *(HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

4.Virus corona bisa mengenai kita kalau Allah berkehendak.
Namun  ingat kita sendiri tidak mengetahui takdir kita. Sehingga kita harus *lakukan sebab untuk selamat* dari tertularnya virus corona.

Coba perhatikan, pelajaran penting tentang takdir dari Imam Ibnul Qayyim rahimahullah:

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam membimbing umat  dalam mengimani takdir sehingga tercapailah kebahagiaan dengan melakukan dua hal:

1.Beriman kepada takdir, karena mengimaninya bagian dari tauhid.

2.Melakukan sebab atau  usaha untuk meraih  kebaikan dan selamat dari kejelekan.

Lihat bahasan Al-Qadha’ wa Al-Qadr li Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, hlm. 191, Penerbit


Al Maktab  Al-Islami. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah,

ﺧ     ﷲﻭ ﺔ ﻓ ﺩ

Hamba itu benar-benar melakukan perbuatannya sendiri secara langsung, dan Allah menciptakan perbuatan mereka.”

Ada pemahaman keliru yang menyelisihi pernyataan Ibnu Taimiyah di atas:

1.Manusia itu melakukan perbuatannya sendiri dan Allah tidak menciptakan perbuatan mereka. Inilah yang *diyakini oleh Qadariyah dari Muktazilah* dan selainnya.

2.Allah itu menciptakan perbuatan manusia, manusia itu tidak berbuat apa-apa pada hakikatnya. Perbuatan disandarkan pada mereka hanyalah dalam rangka at-tajawwuz (cuma disebut berbuat saja), namun yang berbuat langsung pada hakikatnya adalah Allah.

Ini buktinya kita mesti ada ikhtiar, setelah shalat Jumat saja kita disuruh menyebar untuk mencari rezeki,

ﺍﺮﻴ ﻠﻟ ﻭ ﻪﻠﻟ ﻞﻀﻓ ﻲﻓ ﻭﺮﻓ ﺓ ﻀﻗ ﺍﺫ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka  bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” *(QS. Al-Jumu’ah: 10)

Dan hadits berikut ini juga menunjukkan bahwa kita disuruh beramal karena kita sendiri tidak tahu masa depan kita apakah masuk surga ataukah masuk neraka


Berarti kita disuruh lakukan sebab walaupun takdir kita sudah ada, namun takdir tersebut masih jadi rahasia ilahi.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Suraqah bin Malik bin Ju’syum datang dan berkata,

: ؟ﻞﺒﻘ ﻡﺃ ؟ ﻪﺑ ﻭ ﻡ ﻪﺑ ﻴﻓﺃ ؟ ﻤﻌﻟ ، ﻨﻨ ﺎﻨ ، ﻝﻮﺳﺭﻳ ﺮﻴﻣ ، :،ﻤﻌﻟﺍ :ﻗ ،ﻟﺍ ﻪﺑ ﻭ ﻡﻟﺍ ﻪﺑ ﻴﻓ ﻞﺑ ،

Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini? Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena  telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena  telah kering dan takdir yang berjalan.

Ia bertanya, Lalu apgunanya beramal?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya).” *(HR. Muslim, no. 2648)*

Dari Imran, ia berkata, aku berkata,

ﻪﻟ ﻖﻠﺧ ﺎﻤﻟ ﺮﺴﻴﻣ ﻞﻛ :ﻝﺍﻗ ،؟ﻥﻮﻠﻣﺎﻌﻟﺍ ﻞﻤﻌﻳ ﺎﻤﻴﻓ ،ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺎ



Wahai Rasulullah, lantas untuk apa orang-orang yang beramal melakukan amalan mereka?”  Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Setiap orang akan dimudahkan (menuju jalan) penciptaannya.” (HR. Bukhari, no. 7551)

Begitu pula manusia itu yang memilih ia beriman ataukah kafir. Dalam ayat disebutkan,

ﻦﻣ ﺆﻴ ﻦﻤﻓ

Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” *(QS. Al-Kahfi: 29)


5.Sekarang tugas itu mencegah agar  tidak terkena virus:

1.Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

2.Terapkan social distancing dengan menjaga jarak minimal satu meter dengan mereka yang batuk  atau  bersin.

Alasannya, ketika seseorang batuk  atau  bersin, mereka menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau  mulut mereka yang mungkin  mengandung virus.

Jika terlalu dekat, bisa menghirup tetesan air yang mungkin  saja mengandung virus COVID-19.

3.Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, karena tangan akan menyentuh banyak permukaan benda di sekitar kita dan virus mungkin menempel di sana.

Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut. Dari sana, virus bisa masuk ke tubuh dan bisa membuat sakit.

4.Terapkan etiket batuk  dan bersin yang benar. Pastikan kita dan orang-orang di sekitar untuk selalu menutupi mulut dan hidung dengan siku tangan yang ditekuk ketika batuk  atau  bersin.

Jika menggunakan tisu, segera buang tisu bekasnya pada tempat sampah yang tertutup.

5.Jika mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segeralah berobat. Tetap  di rumah jika kita merasa tidak sehat.
Jika kita mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis dan ikuti arahan otoritas kesehatan setempat.*** (Kiriman : Reni Handayani).

*Reni Handayani, Mahasiswi Semester:2 Prodi:Pendidikan Bahasa Arab STITMA Yogyakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel