Cerita Puasa Hari ke Tiga Puluh
Mei 23, 2020
Cerita puasa hari ke tiga puluh – Orang-orang
menunggu masuknya waktu berbuka puasa. Menunggu waktu dengan cara
masing-masing. Apalagi sejak pemberlakuan pembatasan sosial. Pembatasan untuk
keluar rumah, termasuk ngabuburit, yang harus mengikuti protokol kesehatan.
Ada
yang menunggu waktu berbuka mempedomani hitung mundur angka pada perangkat
penanda waktu digital.
Masuknya waktu berbuka ditandai dengan angka pada
penanda waktu digital itu berakhir pada angka nol nol.
Tentunya
penanda waktu digital itu sudah disetel
sesuai dengan jadwal imsakyah Ramadhan. Entah dari menit dan detik
keberapa pemilik penanda waktu itu menyetel angka digital jam mundur.
Aneh.
Angka digital itu dikatakan bergerak mundur. Namun tidak terlihat angka itu bergerak benar-benar mundur. Yang terlihat angka itu berganti dengan angka mundur! Bergerak mundur
berbeda dengan berganti mundur!
Tapi
itulah karakter stopwatch digital yang digunakan sebagai penanda waktu mundur.
Ada
juga orang-orang menunggu waktu, berbuka mempedomani jarum sekonde pada jam
tangan, weker atau jam dinding.
Jarum
sekonde penanda waktu ini selalu berputar ke kanan atau maju. Kalau bergerak
kekiri berarti bergerak mundur. Penanda jam ini unik, tidak sama dengan
stopwatch!
Waktu
berbuka ditandai pada saat jarum pendek dan panjang pada angka dan garis
tertentu.
Anehnya
lagi, orang lebih suka berpedoman kepada penanda waktu digital. Angkanya mundur
namun tidak bergerak mundur.
Sedangkan penanda waktu konvensional menggunakan
jarum sekonde. Yang pasti, nyata-nyata bergerak ke kanan!
Ada
pula orang yang menunggu waktu berbuka puasa berpedoman pada sirine yang disiarkan
radio.
Kini,
di hari ke tiga puluh, tunggu menunggu waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan itu
adalah untuk yang terakhir kalinya.
Waktu
berbuka terakhir. Mungkin paling mengesankan bagi sebagian orang karena yang terakhirnya
di bulan Ramadhan tahun ini.
Ada
yang merasa gembira karena berhasil menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Ada juga yang gembira karena esoknya sudah lebaran idul fitri yang
ditunggu-tunggu sejak awal berpuasa.
Dan,
tidak jarang orang merasa lega di hari ke tiga puluh ini karena tidak akan
menahan lapar dan haus lagi!.
Namun
tidak sedikit orang yang merasa sedih. Merasa berat hati ditinggal dan berpisah
dengan bulan Ramadhan. Entah akan bertemu entah tidak, dengan bulan Ramadhan
tahun berikutnya.
Yang
pasti, bulan Ramadhan tahun ini ditandai dengan situasi dimana belum pernah
terjadi sebelumnya. Puasa Ramadhan dilaksanakan dalam kondisi pemberlakukan
pembatasan sosial.
Shalat
tarwih dan witir dilaksanakan di rumah bersama keluarga. Katanya untuk mencegah
penyebaran Covid-19.
Sementara
itu, dari sebuah siaran radio swasta terdengar kumandang takbiran dari almarhum ustadz Jefry Buchori. Berdiri bulu
roma mendengar lantunan suara takbiran almarhum ustadz yang dikagumi banyak
orang tersebut.
Lihat juga : Lebaran Idul Fitri Tahun Ini
"Allahuakbar….3x. Laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd".***