Gulai Campursari pada Masa Pandemi Covid-19

Gulai campursari pada masa Pandemi covid-19 - Agaknya, di masa Pandemi Covid-19 ini mengharuskan orang untuk 'menahan' dan bahkan 'menurunkan' stelan selera. Alasannya cukup masuk akal, ekonomi!

Teman makan nasi gulai campursari! Kalau sebelumnya jarang, sekali-sekali, atau sebagai pelengkap menu hidangan, kini perlu meliriknya kembali sebagai menu utama karena biayanya murah meriah.

Hampir semua orang terdampak Pandemi Covid-19, secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, dampak paling nyata adalah menurunnya kesehatan ekonomi keluarga. 

Pendapatan tetap bahkan ada yang menurun. Namun itu tidak diiringi dengan penurunan biaya kebutuhan keluarga. Biaya kebutuhan harian maupun kebutuhan pendidikan.

Biaya pendidikan bukannya menurun meskipun anak belajar di rumah. Jika anak kost di tempat sekolah atau kuliahnya, bukan berarti sewa kostnya gratis ketika anak pulang ke rumah orangtuanya.

Sementara di rumah, anak akan belajar secara online dan itu perlu biaya paket data. Belum lagi biaya fasilitas belajar lainnya selama di rumah.

Tapi apa mau dikata, apapun kondisi dan kejadiannya. Semua itu harus dilalui. Kehidupan harus berjalan, pendidikan anak tetap diutamakan.

Pepatah Minang, "Tak kayu janjang dikapiang, tak ameh bongka diasah".

Anggota keluarga perlu mengencangkan ikat pinggang. Supaya celana tidak taroroh atau tergurajai pada masa Pandemi Covid-19.

Teman makan nasi mungkin gulai campursari. Gulai dari bahan tahu, tempe plus kacang buncis. Murah namun meriah.

Dijamin, kalau tubuh lagi sehat, pikiran mood dan hati lagi adem. Makan nasi dengan gulai campur sari, akan keluar juga keringat sedang atau setelah makan. 
Tapi coba kalau tubuh kurang sehat, pikiran kacau, hati galau. Makan dengan teman nasi apapun yang enak dan lezatnya justru akan terasa tidak enak.***