Lelaki Perontok Padi
Juni 23, 2020
Lelaki perontok padi - Hamparan padi di sawah pada kawasan lereng bukit itu terlihat bagai bentangan permadani kuning dari kejauhan. Sementara itu agak ke pinggiran bukit, terlihat pula sekelompok orang sedang memanen padi dengan cara dan alat yang unik.
Separuh bertugas menyabit padi dan lainnya merontokkan padi. Salah seorang lelaki kelompok perontok padi, duduk sejenak di pematang sawah. Nafasnya terengah-engah kepayahan. Mungkin karena sudah lama ia tidak melakukan pekerjaan itu lagi.
Cuaca yang gerah dan panas menjelang tengah hari membuat keringat bercucuran di leher dan punggungnya.
"Makanya, jangan ikut-kutan kami dengan pekerjaan berat seperti ini...," celetuk Jamuar, anggota perontok padi yang berusia paling tua di kelompok itu.
"Iya, cuaca panas dan berteman miang padi lagi...," sambung Mi'at.
"Tapi apa mau dikata, Uda...." balas Perimen tersenyum kecut seraya menggarut lehernya yang memang gatal terkena miang rumpun batang padi yang baru disabit.
Bagi Perimen, lelaki yang tengah istirahat di pematang sawah berumput itu, menongkang sebenarnya bukanlah pekerjaan yang cocok baginya. Dia seorang sarjana yang baru tamat di perguruan tinggi.
Tapi keadaan memaksanya untuk terjun menjadi perontok padi pada kelompok Penongkang di kampungnya. Mencari pekerjaan yang layak dan sesuai ijasah saat ini memang susah.
Perimen lebih memilih turun jadi perontok padi ketimbang tidak ada pekerjaan dan menganggur di kampungnya.
Perimen kembali meneruskan pekerjaannya merontok padi. Mengikuti kawan-kawannya di bagian kelompok menongkang.
Masyarakat di kawasan itu menyebutnya dengan Menongkang. Ada juga yang menyebutnya dengan Malambuik.
Manongkang adalah proses merontok bulir padi dari tangkainya dengan cara menghempaskan segumpalan tangkai padi yang sudah disabit.
Gumpalan tangkai padi itu dipegang dengan dua tangan dan diikat, kemudian dibanting atau dihempaskan pada tempat berupa tong kayu yang didinding dengan tikar dan menyerupai layar.
Layar ini bertujuan agar bulir padi yang dibanting tidak berserakan keluar tong.
Sebagai bantalan atau landasan banting bulir padi digunakan kayu atau batang bambu yang disusun menyerupai anak tangga yang rapat.
Penongkang padi yang sudah terampil akan merontokkan padi dengan cepat dan akurat. Bulir padi akan rontok dan terkumpul dalam tong dengan cepat dan tidak berserakan keluar tong.
Sampai sore menjelang senja kelompok penongkang padi segera pulang. Pekerjaan merontok padi ternyata belum selesai dan harus disambung esok hari.
"Kamu masih mau kerja besok dengan kami, Men?" tanya Jamuar di perjalanan pulang.
"Iya, Uda. Habis saya mau kerja apa lagi di kampung ini?" sahut Perimen lirih.
"Baguslah kalau begitu. Tapi aku salut juga dengan kamu, Men. Kalau sudah sarjana kebanyakan mereka gengsi turun dan bekerja jadi petani." puji Jamuar kemudian.
"Bukan gengsi, Uda. Hanya saja karena mereka merasa tidak cocok saja setelah menamatkan perkuliahan...." tukas Permen.
"Ya, tapi kamu calon guru tapi tidak seperti mereka."
Perimen hanya tersenyum kecil.***