Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19, Justru Peluang Tingkatkan Mutu Lulusan Sekolah

Pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19, justru peluang tingkatkan mutu lulusan sekoalah - Pembelajaran daring memang sungguh 'terpaksa' diterapkan sejak semester tahun ajaran 2019/2020 lalu. Terpaksa karena dilaksanakan secara mendadak dan tanpa perencanaan matang. 

Hal itu tidak hanya dirasakan oleh guru melainkan juga orangtua siswa. Orangtua kelabakan menyediakan fasilitas belajar daring berupa android dan biaya akses internet.

Dapat dimaklumi, semua itu terjadi karena penyebaran wabah Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan. Kesehatan dan keselamatan guru dan siswa tentu lebih utama.

Di sisi lain, sistem evaluasi daring yang juga terpaksa dilaksanakan, dikhawatirkan berpengaruh pada mutu pendidikan terutama mutu lulusan pendidikan di lembaga sekolah.
Ada anggapan bahwa lulusan lembaga sekolah pada tahun ajaran 2019/2020 itu, dinilai kurang bermutu karena tanpa ujian nasional. Selain itu segala bentuk ujian pun dilakukan secara daring. Sistem ini akan mendorong siswa untuk ujian gotong-royong.

Tapi benarkah anggapan itu? 

Untuk melihat jawabannya perlu analisa bagaimana peran guru dalam pembelajaran daring.

Pembelajaran daring

Pembelajaran daring sesungguhnya menjadi sebuah kesempatan emas bagi siswa. Disamping menerima materi dan mengerjakan tugas dari guru. Siswa akan dapat mengeksplorasi ilmu pengetahuan seluas mungkin melalui jaringan internet. 

Dunia Internet itu ibarat lautan ilmu pengetahuan yang sangat luas. Kesempatan belajar secara daring berarti kesempatan bagi siswa untuk mengharungi lautan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

Bagi guru, mengajar pada hakikatnya menciptakan situasi dan kondisi agar siswa dapat belajar. Hal serupa juga dapat dilakukan secara daring.

Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran daring. Sebagai motivator, guru menstimulan potensi motivasi siswa untuk menjelajah ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

Oleh sebab itu guru memfasilitasi sumber dan bahan belajar siswa dengan memberikan informasi rujukan terbaik untuk dipelajari oleh siswa melalui internet. Peran inilah yang disebut peran fasilitator.

Peran motivator dan fasilitator guru dalam pembelajaran manual belajar tatap muka mungkin dalam waktu terbatas. Namun dalam pembelajaran daring justru semakin luas jarena dapat berlangsung dalam waktu dan tempat yang tidak terbatas.

Memang, sepertinya harus diakui bahwa pembelajaran daring yang telah dilangsungkan pada akhir semester genap tahun ajaran 2019/20 bersifat mendadak dan tidak terencana dengan baik.

Namun tahun ajaran 2020/2021 yang dimulai 13 Juli, pembelajaran daring akan menjadi lebih baik. Alasannya, pembelajaran daring sudah dipersiapkan dengan matang. 

Tidak hanya pihak guru yang siap. Orangtua siswa juga perlu mempersiapkan diri dalam mengawasi anak belajar dari rumah. Lebih-lebih fasilitas belajar daring berupa perangkat Android dan paket interbet.

Jika sudah dipersiapkan dengan baik oleh guru dan orangtua siswa, maka kualitas lulusan pendidikan sekolah, tentunya tidak akan diragukan lagi. 

Lihat juga : Metode Belajar Jarak Jauh, Efektifkanh Buat Peserta Didik?
Persoalannya, sejauhmana guru, orangtua siswa dan siswa memanfatkan pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19. ***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel