Bintang Kejora Nindyana

Bintang kejora nindyana - Allahu akbar, Allahu akbar....! Nindyana segera membuka mata manakala terbangun oleh suara azan subuh yang berkumandang dari menara masjid. Perlahan mengusap mata dengan punggung tangannya. Dengan setengah malas bangkit dari tempat tidur. Duduk sejenak di sisi tempat tidur sebelum melangkah ke luar kamar.

Sebelum mengambil air wudhuk Nindyana membuka pintu dapur. Keluar menghirup udara subuh nan sejuk. Kemudian mendongakkan kepala ke arah langit timur. Mencari sesuatu di atas sana, bintang kejora!

Satu bintang bersinar lebih terang dan cemerlang dari bintang-bintang lainnya yang ada di langit subuh. Hatinya menjadi hangat manakala memandang bintang kejora itu. Semangatnya bangkit untuk menjalani hidup bersama Rita, Putri semata wayangnya.

Nindyana memaklumi kenapa bintang digambarkan dengan bentuk segi lima. Benda langit itu sebenarnya bulat. Namun ketika lama-lama dipandang akan terlihat seolah-olah membentuk segi lima.

"Pantas, mengapa bintang digambarkan segi lima. Ikon bintang pada aplikasi dan media sosial juga digambarkan segi lima". Nindyana membatin.

Nindyana menarik nafas menghirup udara subuh nan segar. Kemudian menghempaskannya keluar. Kini nafasnya terasa lega.

Nindyana kembali masuk ke rumah. Menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhuk.

Usai menunaikan shalat subuh Nindyana berdoa meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

Hatinya menjadi lega dan plong untuk bersiap menjalani hidup hari itu. Bekerja sebagai karyawati di sebuah kantor perusahaan swasta.

Rita, putri semata wayangnya sudah bersiap berangkat sekolah. Kemudian dua beranak itu sama-sama berangkat dengan motor. Nindyana mengantar putrinya terlebih dulu ke sekolah sebelum ia menuju kantor tempatnya bekerja.

"Selamat pagi, Nindy..." Dedy, rekan kerja sekantornya menyapa.

"Pagi juga mas Dedy..." sahut Nindyana penuh senyum.

"Tumben, kamu lebih cepat datang hari ini?"

"Mas Dedy juga 'kan?"

"Oh, iya...hehe...!" Dedy tersenyum jengah.

"Arsy, putrinya mas Dedy sehat bukan?" tanya Nindyana kemudian mengalihkan persoalan.

"Alhamdulillah sehat. Rita putrimu begitu juga 'kan?"

"Alhamdulillah."

Istirahat siang Nindyana diajak Dedy untuk makan di luar. Mereka memilih tempat di warung sederhana, tak jauh dari kantor kerja mereka.

Memesan nasi Padang kesukaan mereka. Plus jus alpukat.

"Entah kenapa ya, kita bertemu di kantor yang sama dan nasib yang sama," ujar Dedy seraya menyeruput jus alpukat.

"Iya. Saya juga heran," balas Nindyana.

"Sudah jodoh kali ya?" ujar Dedy berseloroh.

Nindyana terdiam. Di hati Nindya kalimat itu bukan seloroh.

"Nindy, ada satu hal yang perlu saya katakan pada kamu..." ujar Dedy seraya melirik wajah Nindyana.

"Apa itu mas?"

"Tapi kamu jangan marah kalau tidak berkenan mendengarnya..."

Nindyana menggeleng.

"Saya sudah lama... naksir dan ingin hubungan kita serius." ujar Dedy berterus terang.

Nindyana terdiam. Menunduk. Hatinya berdebar tak menentu. Apa yang dirasakannya selama ini ternyata juga dirasakan pria di sampingnya.

"Bagaimana, Nindy?"

"Saya juga mas..."

"Jadi, kamu menerima saya?" seru Dedi gembira.

Nindyana mengangguk.

"Terima kasih Nindy " ujar Dedy seraya meraih tangan Nindyana.

Nindyana tidak mengelakkan tangannya.

"Malu mas, ini di warung...," ujar Nindyana.

Orang yang ada di warung nasi Padang hanya senyum-senyum menyaksikan adegan itu.

"Selamat ya mas Dedy dan mbak Nindy..." ujar pemilik warung diiringi tepuk tangan pengunjung lainnya.

"Terima kasih, Mak..."

Nindyana merasa bahagia. Bintang kejora impiannya kini ada di sampingnya.

Begitu pula Dedy. Ia ingin Nindyana bersedia menggantikan Murni yang telah pergi meninggalkannya. Dan kini impiannya itu terwujud.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel