Pembelajaran Daring Kurang Efektif (?)
Agustus 30, 2020
Pembelajaran daring kurang efektif (?) - Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik.
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menyebabkan penyakit menular ke manusia.
Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.
Sebagai upaya untuk mencegah pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan agar sekolah-sekolah meminta siswanya untuk belajar di rumah. Mulai 16 Maret 2020 sekolah menerapkan metode pembelajaran siswa secara daring.
Sejauh ini pembelajaran daring sudah berjalan dengan baik, terutama di kota-kota besar dan manfaatnya juga begitu banyak, diantaranya mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis.
Pembelajaran Daring mempermudah interaksi antar peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dengan adanya pembelajaran daring para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir, mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
Namun berbeda ceritanya dengan kondisi yang ada di pelosok, begitu banyak kekurangan yang didapatkan, diantaranya kurang baiknya jaringan, belum lagi hal tersebut menjadikan peserta didik malas belajar dan juga Interaksi secara tatap muka yang terjadi antara peserta didik dengan pengajar atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya menjadi minim. Pembelajaran yang dilakukan lebih cenderung ke pelatihan bukan pendidikan.
Jadi menurut saya, melaksanakan pembelajaran daring ini kurang efisien, karena banyak faktor dan kendala yang di alami siswa atau peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
Siswa tidak bisa berinteraksi langsung dengan temannya, tidak bisa sharing mengenai materi tersebut apakah sudah mengerti ataupun sebaliknya.
Pengalaman saya kuliah menggunakan metode daring ini, dosen hanya memberikan materi dan tugas tanpa menjelaskan materi tersebut dan hal yang paling penting adalah tidak bisanya orang pedesaan melaksanakan pembelajaran daring ini karena faktor sinyal yang susah untuk di dapatkan.***
Penulis : Luqyana Rahma/192,372,038
Prodi : PBA
Kelas : Internasional
Mahasiswi STIT Madani Yogyakarta
Artikel opini : Pembelajaran daring kurang efektifnya.