Pesawat Terbang Kertas
Agustus 30, 2020
Pesawat terbang kertas - Semasa kecil saya pernah bercita-cita jadi sopir pesawat terbang. Eh, nggak taunya, sopir pesawat terbang itu namanya pilot. Hal ini saya ketahui setelah memasuki SD.
Hampir tiap hari saya melihat pesawat terbang. Melintas di atas udara desa. Ketika mendengar suara pesawat terbang, pasti saya berlari ke luar rumah. Menengadah ke angkasa. Mencari arah sumber suara pesawat itu. Kadang-kadang mata saya sampai berkunang-kunang karena terlalu lama menengadah ke langit biru.
Kata guru waktu itu, untuk jadi pilot harus jadi anak rajin dan pintar. Kemudian sekolah tinggi, masuk sekolah pilot. Untuk bersekolah tinggi memang perlu banyak uang!
Mendengar kalimat yang terakhir ini, nyali saya jadi ciut. Di rumah, emak saya bercerita tentang guru. Akhirnya saya pindah cita-cita, jadi guru!
Namun saya jadi suka membuat layang-layang dari kertas. Kertas apa saja. Kadang-kadang kertas bekas pembungkus martabak atau kertas pembungkus ikan kering. Itu ketika hari Minggu, saat Emak saya pulang belanja dari pasar.
Kemudian entah siapa waktu itu yang mengajarkan. Saya suka membuat pesawat-pesawatan dari kertas buku tulis. Setiap ingin membuat pesawat terbang, saya mencopot satu lembar buku pelajaran sekolah. Kadang-kadang hal itu juga ditiru oleh adik-adik saya.
Membuat kapal terbang dari kertas sangat mudah. Beberapa kali lipatan saja sudah siap pesawat terbangnya dan siap diterbangkan dengan cara melemparnya ke udara. Meskipun beberapa saat melayang, berbelok di udara tapi sudah membuat saya puas.
Suatu ketika saya kena marah oleh emak. Buku tulis isi 18 semestinya 18 lembar. Namun karena sering dicopot untuk membuat kapal terbang kertas. Hampir semua buku tulis catatan saya jadi kurus. Tak ubahnya badan saya yang memang kurus kerempeng.
Saya tersentak dari lamunan mengenang masa kecil. Lalu saya teringat almarhum BJ.Habibie. Putra terbaik Indonesia yang merintis pabrik pesawat terbang. Yang berhasil menciptakan pesawat CN250 Gatot Kaca. Oh, kabarnya pesawat itu kini dimuseumkan?***