Reuni Dua Hati

Reuni dua hati - Suryadi memperlambat laju motornya ketika sampai di pertigaan jalan desa. Suara penyanyi dan musik orgen terdengar makin keras. Pertanda lokasi pesta sudah dekat.

Orang-orang berlalu lalang di jalan kecil menuju lokasi pesta. Suryadi pun membelok mengikuti arah orang yang pergi dan pulang pesta.
Tak seorang pun yang dikenalnya. Namun jalan kecil menuju lokasi pesta masih diingatnya meskipun waktu sudah bergulir tiga puluh tahun.

Suasana di tempat pesta memang sedang ramai. Namun suara musik orgen dan orang menyanyi mengalahkan suara keramaian orang di tempat pesta.

Suryadi meminggirkan motor dan memarkirnya di samping deretan motor tamu undangan pesta.

Agak grogi pria paruh baya itu melangkah menuju gerbang rumah pesta. Di pintu gerbang ada beberapa orang tua berdiri menanti tetamu. Tetapi ia tidak melihat Marisa maupun suaminya.

Oh, Suryadi tidak mengenal suaminya kecuali melihat foto di Facebook Marisa.

Suryadi mengulurkan tangan menyalami penerima tamu di depan gerbang pesta.

Usai mengisi agenda tamu, Suryadi memasukkan amplop ke dalam kotak yang menyerupai rumah adat Minang. Kemudian anak gadis yang menjadi petugas agenda mempersilahkan Suryadi menuju menu hidangan Franchise.

Menerima piring dan sendok makan dari petugas pesta. Usai mengambil nasi dan lauk hidangan serta minuman dari botol plastik, Suryadi mengambil tempat makan di meja pojok yang belum diisi oleh tamu undangan.

Sambil menyantap hidangan, sekali-sekali menoleh ke atas pentas. Kemudian mencari-cari tuan rumah yang telah mengundangnya.

Tak lama ia pun menikmati alunan lagu dari penyanyi yang tengah membawakan lagu-lagu hiburan buat undangan pesta yang sudah hadir.

Uhuuk...!

Suryadi tersedak. Seorang gadis cantik akan bernyanyi. Namun sebelumnya gadis itu menatap lurus seraya tersenyum pada Suryadi.

Segera ia menyeruput minuman. Kembali ia menoleh ke pentas. Namun gadis itu masih menoleh ke arah Suryadi.

Ada sesuatu yang aneh dirasakan Suryadi. Wajah gadis itu mirip dengan Marisa. Ya, mungkin dia putrinya Marisa!

"Terima kasih papa. Sudah datang jauh-jauh untuk memenuhi undangan kami," ujar gadis itu.

Suryadi jadi risih dan memastikan ucapan itu memang tertuju untuknya. Dan lebih membuat kikuk adalah sebutan papa untuk Suryadi.

"Baik, saya akan membawakan sebuah lagu dangdut untuh hadirin semua." ucap gadis itu kemudian...

"Terima kasih sudah memenuhi undanganku, Uda..." Seseorang berkata lembut dari arah samping. Suryadi menoleh.

"Marisa...,"  Suryadi bergumam.

Hatinya bergetar hebat oleh sentuhan suara lembut Marisa. Suara itu seakan masih sama dengan suara tiga puluh tahun silam.

"Ya, Uda," sahut Marisa seraya mengulurkan tangan menyalami Suryadi.

"Keluarga Uda kok tidak diajak?" ujar Marisa bertanya seraya duduk, persis berhadapan dengan Suryadi.

"Uda kesini juga atas nama keluarga, Marisa..."

"Oh iya..."

"Papanya anak-anak mana, Marisa?" tanya Suryadi kemudian.

"Ada keperluan keluar sebentar."

"Hm, yang sedang menyanyi di pentas itu, putrinya Marisa, bukan?"

Marisa tersenyum.

"Dia anakku Fujiana, adiknya sang pengantin pria,...." jawab Marisa.

"Waduh...!"

Suryadi menepuk jidat.

"Kenapa, Uda?"

"Dia sangat mirip sekali denganmu. Masa aku tanya lagi hehe..."

"Setelah ini aku minta Uda mau naik ke pentas dan menyanyi. Kuharap Uda tak menolak. Aku ingin mendengar suara Uda lagi. Terakhir aku melihat Uda menyanyi ketika masih di kampus dulu," ujar Marisa kemudian.

Nada suara Marisa terdengar pelan seakan hilang tertelan di sela bunyi lagu dan musik pentas. 
Sementara itu Marisa memberi kode kepada putrinya Fujiana untuk meminta Suryadi naik pentas.

"Itulah dua lagu berturut-turut dari saya dan dipersembahkan buat Abang Farhan yang saat ini sedang berbahagia..." ujar Fujiana lewat mikrofon.

"Berikutnya, saya minta kepada 'papa' Suryadi untuk menyumbangkan suaranya di hadapan kita bersama..."

Tak mungkin Suryadi mengelak. Ia melangkah menuju pentas. Semua mata tertuju kepada Suryadi. Tidak ada yang mengenal Suryadi kecuali Marisa, anak gadisnya dan mempelai pria yang sedang duduk di kursi pelaminan.

"Baik, saya akan coba membawakan lagu lawas khusus untuk kedua mempelai." ujar Suryadi sebelum memulai.

Suryadi menyanyikan lagu "Kemesraan". Lagu yang pernah dinyanyikannya tiga puluh tahun silam di kampus tatkala acara wisudanya.

Marisa terhanyut dalam alunan suara Suryadi. Pria yang pernah dekat di hatinya. Suara Suryadi dan lagu itu tak jauh berubah. Serasa membawa kembali Marisa ke masa tiga puluh tahun silam.

Masa yang terlalu indah untuk dikenangnya meskipun terasa sakit bagi Suryadi. Keadaan memaksa Marisa untuk meninggalkan Suryadi.

Butiran bening meleleh di pipi Marisa. Cepat ia menyusutnya dengan punggung tangan.

Usai menyanyi Suryadi kembali menemui Marisa. Ia kini sudah bersama putrinya Fujiana. Bercerita sebentar untuk kemudian pamit untuk pulang.

Namun sebelumnya Suryadi menuju kursi pelaminan diiringi Marisa dan Fujiana. Memberikan ucapan selamat pada kedua pengantin sebagai tujuan utama memenuhi undangan.

Sang pengantin pria, Farhan memeluk Suryadi.

"Terima kasih papa sudah datang," ujar Farhan terharu.

Suryadi melangkah pergi di sela tamu yang semakin ramai. Marisa dan putrinya mengantar sampai di gerbang pesta.
Lihat juga : Gaji Ketiga Belas
Bagi Suryadi memenuhi undangan pesta putra Marisa bagai reuni dua hati. Dapat berjumpa kembali setelah lama tidak bertemu. Dan Suryadi yakin, Marisa pasti telah bercerita banyak tentang dirinya kepada suami maupun kedua anaknya.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel