Dilematika Belajar dari Rumah pada Masa Pandemi

Dilematika belajar dari rumah pada masa pandemi - Wabah virus Corona telah mengharuskan sebagian pekerjaan dilaksanakan dari rumah (work from home) secara online. Pekerjaan yang semestinya dilaksanakan di kantor atau sekolah dipindahkan ke rumah. Kemudian di-update melalui perangkat laptop, komputer dan smartphone yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Ilustrasi pembelajaran daring (pixabay.com)

Tidak hanya pekerjaan kantor yang dipindahkan ke rumah. Aktivitas belajar dan mengajar pun demikian. 

Siswa belajar dari rumah (learn from home/LFH). Pembelajaran diselenggarakan secara daring atau pembelajaran jarak jauh. 

Sampai sejauh ini, pemerintah telah menciptakan sistem pembelajaran daring dan memfasilitasi pelaksanakan pembelajaran tersebut. Segala kekurangan dan kelemahannya telah, dan akan dibenahi secara berangsur-angsur.
Jika semula anak belajar melalui media sosial dan aplikasi Google. Kini anak juga bisa belajar online melalui media radio dan televisi. Sementara itu keterbatasan sarana dan akses belajar, sudah mulai direduksi secara bertahap.

Keluhan orangtua

Di sisi lain, belajar dari rumah (LFH) justru telah menimbulkan keluhan sebagian kecil orangtua. Kita dapat menangkap keluhan ini melalui grup-grup di media sosial.

Pada umumnya orangtua mengeluhkan sikap dan tingkah laku anak selama belajar di rumah. Banyak anak yang tidak belajar di rumah. Keluyuran dan begadang malam hari. Bermain gadget melulu. 

Bahkan terungkap juga, tugas dari guru dikerjakan oleh orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Inilah dilema belajar LFH yang tak mungkin dipandang sebelah mata.
Baca juga : Masalah Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19
Kita juga sudah memaklumi. Anak yang memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang memadai akan memanfaatkan sistem pembelajaran jarak jauh sebaik-baiknya. Mereka akan belajar di rumah sesuai prosedur yang ada. Mengatur jadwal belajar dalam agenda kegiatan harian.

Tidak demikian halnya bagi anak yang memiliki kemauan belajar kurang. Apalagi kemampuan belajar anak memang sudah rendah.

Namun demikian belajar dari rumah dengan sistem daring memang telah menjadi solusi atau pilihan terbaik sampai saat ini di masa pandemi. Oleh sebab itu pengelola pendidikan diharapkan selalu berusaha dan berinovasi dalam membenahi sistem pembelajaran daring sehingga mendorong anak belajar di rumah secara optimal.

Sementara di pihak orangtua, kita berharap dapat mengendalikan dan mengarahkan proses belajar anak di rumah. Diakui memang, itu tidak semudah membalik telapak tangan. 

Namun demikian sangat diyakini juga, orangtua memiliki strategi dan metode tersendiri dalam memotivasi anak selama belajar di rumah. Anak mau memanfaatkan waktunya lebih banyak belajar. 

Sebaliknya menghindari sikap dan tingkah laku yang merugikan diri sendiri maupun orangtuanya. 
Jadi, optimisme untuk mengatasi dilema belajar dari rumah secara daring selama masa pandemi masih ada. Evaluasi terhadap kelemahan dan kekurangannya sangat penting. Hal ini menjadi bahan dalam membenahi proses belajar anak di rumah secara berkelanjutan.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel