Sistem Daring? Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Masa Pandemi
September 14, 2020
Sistem daring? Problematika pembelajaran bahasa arab di masa pandemi - Sektor pendidikan menjadi salah satu yang terdampak serius dari adanya wabah pandemi Covid-19. Pembelajaran yang semula siswa hadir di dalam kelas diganti dengan pembelajaran dalam jaringan (Daring), yang menuntut pelaku pendidikan untuk beradaptasi dengan cepat dalam situasi seperti ini.
Kuliah online menjadi makanan wajib peserta didik dan dosen untuk tetap melaksanakan pendidikan ditengah pandemi.
Dunia pendidikan seperti diberi kejutan, semua aspek dalam mendukung sistem pembelajaran online pun gagap dan nampak kurang siap.
Telah kita ketahui bahwasannya pembelajaran bahasa Arab sulit dijangkau oleh peserta didik karena bahasa Arab itu sendiri bukanlah bahasa ibu tetapi bahasa asing.
Dimana saat pembelajaran tatap muka bahasa Arab agak sulit dipahami.
Nah, bagaimana dengan sistem daring? Seperti yang telah dirasakan oleh diri saya pribadi sebagai seorang mahasiswa, tentunya merasa sulit dalam memahami pembelajaran dengan sistem daring ini. Karena sistem pembelajaran yang baru dan kita didesak untuk mengikutinya.
Kemahiran dalam berbahasa itu sendiri mempunyai empat cakupan diantaranya : listening/kemahiran dalam mendengar, speaking/kemahiran dalam berbicara, reading/kemahiran dalam membaca dan writing/kemahiran dalam menulis.
Empat aspek tersebut bisa dijangkau dengan strategi audio-lingual, namun perlu kita ketahui bahwa strategi tersebut tidak akan maksimal bila tidak di lengkapi dengan metode-metode yang menunjangnya.
Nah disisi lain, metode tersebut diarahkan dengan sistem tatap muka yaitu, peserta didik dan pendidik berinteraksi dengan baik dalam lingkungan pembelajaran.
Problematika bahasa dengan sistem daring di antaranya ialah :
Pertama, kendala jaringan. Telah kita ketahui bahwasannya tidak semua pelosok desa bisa mengakses internet dengan mudah karena kondisi pemerintah yang belum menyebarkan tower ke segala penjuru.
Dengan begini menjadikan mahasiswa sulit mengikuti kegiatan belajar yang dilakukan secara daring. Sehingga tidak terpenuhinya salah satu aspek yang telah ditentukan dalam pembelajaran bahasa arab seperti listening.
Kedua, sistem pembelajaran yang kurang efektif yaitu dimana kita yang semulanya menggunakan 60 persen tatap muka dan 40 persen daring yang tiba-tiba diharuskan kuliah full daring.
Dan permasalahannya adalah ada beberapa dosen terlalu memberikan banyak tugas dan juga kurang mengontrol mahasiswa saat pembelajaran berlangsung.
Dimana dosen hanya menggunakan metode ceramah melalui via WhatsApp dengan voice note saja dan sekedar memberikan tugas sehingga, empat aspek tersebut tidak terpenuhi.
Karena sedikitnya dosen yang memiliki pengalaman dalam masalah menggunakan media elektronik sebagai media pembelajaran.
Ketiga, terbebaninya dosen, mahasiswa beserta orang tua.
Dari pihak dosen ketidaksiapan mereka dalam mengikuti alur pembelajaran, fasilitas signal internet yang terbatas terutama di daerah terpencil, serta honor guru yang terbatas untuk terus menerus menyiapkan kuota internet saat pembelajaran daring dilakukan.
Dari pihak mahasiswa masih banyak yang belum mempunyai smartphone dan sulitnya perekonomian saat pandemi covid-19 mengakibatkan orangtua mengalami kesulitan untutk memberikan fasilitas berupa kuota internet, serta lokasi tempat tinggal yang mengalami kesulitan dalam kelancaran koneksi internet sehingga merasa kesulitan untuk menerima pelajaran atau ilmu yang diberikan dosen dengan maksimal serta terbengkalai mengumpulkan tugas sehingga kewalahan dalam memenuhi pelajaran yang telah ditentukan.
Itulah diantara problematika pembelajaran bahasa Arab dengan sistim daring. Kerugian-kerugian yang terjadi akibat pandemi ini sangat banyak, dan sudah dirasakan oleh kalangan masyarakat.
Kendati begitu, di sisi lain kita bisa mengambil pelajaran berharga khususnya di dunia pendidikan yang bisa saja membuat kuliah online sebagai new normal setelah pandemi.***
Penulis : Jurotul A'yuni Prodi PBA Mahasisiwi STITma Yogyakarta.