Minimnya Akses Internet Saat Pembelajaran Daring di Daerah Terpencil
Pembelajaran menjadi salah satu fasilitas yang dapat berpengaruh besar dalam membentuk sumber daya manusia bermutu. Lewat pembelajaran, bisa terbentuk generasi berkarakter yang sanggup mengaktualisasikan diri jadi ujung tombak kemajuan peradaban.
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan nasional pembelajaran merupakan buat mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada kesimpulannya hendak menopang kesejahteraan rakyat.
Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak perubahan sistem di berbagai sektor seperti; pariwisata, perdagangan, transportasi, bahkan pendidikan. Perubahan ini dimulai ketika pemerintah memberlakukan adanya jarak fisik (physical distancing) hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini kemudian ‘memaksa’ kita untuk melaksanakan aktivitas seperti bekerja, belajar bahkan beribadah dari rumah atau dikenal dengan istilah Work from Home atau Study from Home.
Sejak adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap muka antara guru dan murid diganti dengan pembelajaran secara daring. Implementasi pembelajaran jarak jauh antara guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.
Sistem Pembelajaran Daring yang telah di terapkan selama terjadinya Pandemi Covid-19 ini masih memiliki sejumlah kendala. Tak sedikit para siswa yang akhirnya tidak mengikuti kegiatan belajar di karenakan minimnya akses internet. Didalam pelaksanaan proses pembelajaran daring pasti sangat membutuhkan akses jaringan internet.
Dalam hal ini ada banyak kendala yang terjadi terutama di daerah pedesaan yang terpencil, menyebabkan proses pembelajaran daring menjadi terkendala karena akses internet yang tidak stabil dan pulsa (kuota data) internet yang mahal. Jadi, kestabilan akses internet sangat berperan penting agar proses pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik, akan tetapi tidak hanya internet saja melainkan juga di butuhkan adanya pulsa (kuota data) internet yang harus mencukupi.
Persoalan lain juga banyak dikeluhkan yaitu, keterbatasan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Di karenakan masih ada sebagian siswa yang kurang mengerti akan teknologi itu sendiri terutama dalam pembelajaran daring.
Oleh karenanya, dampingan orang tua sangat di perlukan dalam proses pembelajaran daring. Meskipun hal ini tidak mudah tetapi orang tua juga harus dapat berperan selayaknya seorang guru yang mengampu materi pelajaran. Jika orang tua tidak berperan dengan baik di dalam mendampingi anaknya, maka sulit bagi anaknya untuk melaksanakan proses pembelajaran daring dengan baik.
Dan hal ini juga sangat berpengaruh bagi siswa yang tidak memiliki Handphone karena Handphone ini merupakan alat utama bagi siswa dalam melaksanakan sistem pembelajaran daring. Tidak semua siswa memiliki alat komunikasi ini, akibatnya siswa menjadi sulit dalam melaksanakan proses pembelajaran daring.
Kendala utama yang dihadapi selama melaksanakan proses pembelajaran secara daring adalah terbatasnya akses internet di daerah tempat mengajar maupun di daerah sekitar rumah peserta didik sehingga informasi yang saya berikan melalui grup WhatsApp tidak langsung didapatkan oleh peserta didik (terlambat) bahkan ada yang tidak mendapatkan informasi sama sekali.
Penyebabnya adalah aplikasi-aplikasi seperti ini membutuhkan koneksi internet yang stabil, sehingga informasi yang diberikan terlambat sampai ke peserta didik bahkan ada beberapa peserta didik tidak mendapatkan informasi sama sekali karena tidak ada akses internet di daerah tempat mereka tinggal.*** (Oleh: Zahra Kamila Din Haq Lubis)