Diujung Senja (Bagian Keempat)
Diujung senja (Bagian keempat) - "Maaf, izin koreksi, bapak..." sela Alfian ingin mengoreksi sapaan mantan gurunya. "Jangan panggil saya 'pak' atau 'pak kapolres'. Di rumah dan di hadapan bapak, saya tetap Alfian, murid bapak."
(Baca juga sebelum ini: Diujung Senja Bagian Ketiga )
Ilustrasi gambar (pixabay.com)
"Oh ya?" Pak Sumadi tersipu. "Lalu, bagaimana kisahnya kamu tahu keberadaan bapak di dusun Malenggang ini?"
"Ketika ditugaskan di kabupaten ini, saya teringat guru semasa di smp, pak Sumadi, berasal dari kabupaten Saelo ini.
Saat lebaran saya pulang kampung ke Ranah Batu, saya berkunjung ke rumah keluarga bapak disana. Tapi saya hanya bertemu dengan ibuk dan anak- anak bapak. Kata mereka, bapak sudah kembali ke kampung asalnya di dusun Malenggang Kabupaten Saelo ini.
Kebetulan ada anggota saya yang berasal dari dusun ini dan bercerita kepada saya tentang bapak." tutur Alfian mengakhiri kisahnya.
"Betul, Alfian... Setelah memasuki pensiun bapak kembali ke kampung asal dan... beginilah keadaan bapak sekarang ini..."
"Tapi bapak baik-baik saja, bukan?"
"Alhamdulillah..."
"Masih menulis seperti dulu, bapak?"
"Masih...."
"Wah, luar biasa bapak...."
"Ya, mungkin karena sudah terbiasa dari dulu, Alfian...".
"Hm, mungkin saya dan istri saya harus pamit dulu bapak. Kebetulan setelah ini ada kegiatan lagi..." kata Alfian kemudian.
"Ya, ya..." Pak Sumadi mengangguk.
Alfian dan istrinya bangkit untuk menyalami pak Sumadi. Kemudian pak Sumadi mengiringi mantan muridnya yang kepala polisi itu sampai di pintu pagar.
Pak Sumadi membalas hormat, ketika mantan muridnya memberi penghormatan dari dalam mobil.***(Bersambung...)
Selanjutnya simak : Diujung Senja Bagian Kelima