Diujung Senja (Bagian Kelima)
Diujung Senja (Bagian kelima) - Lelaki tua pensiunan guru itu, pak Sumadi tertegun. Ia baru menyadari, ternyata di belakang mobil Pajero Sport yang dikemudikan Alfian juga ada beberapa buah mobil pribadi. "Pastilah mereka anak buah, Alfian" gumamnya pelan.
(Simak cerita sebelumnya : Diujung Senja Bagian Keempat
Ilustrasi (pixabay.com)
Pak Sumadi melangkah kembali ke rumah. Duduk di bangku, menunggu masuknya waktu shalat Ashar. Mendadak perutnya merasa lapar.
Dengan langkah agak goyah ia kembali menaiki rumah. Memeriksa bungkusan bawaan istri Alfian yang ditaruh di meja dispenser.
Ada dua kotak kue. Pak Sumadi membukanya sebuah dan segera mencicipi kue tersebut.
Tiba-tiba pak Sumadi terkejut bukan main. Sebuah amplop putih tebal terjatuh ketika ia memindahkan kotak kue.
Pak Sumadi memungut amplop tersebut. Kemudian membuka isinya. Ada sepotong surat, disertai sejumlah uang kertas merah.
Namun pak Sumadi membaca tulisan di sepotong kertas kecil itu terlebih dulu.
"Maaf bapak, saya harap bapak tidak keberatan menerima dan mempergunakan sejumlah uang ini. Toh, nilainya belumlah seberapa jika dibandingkan dengan ilmu dan petuah-petuah yang pernah bapak berikan kepada saya semasa SMP di Ranah Batu dulu..."
Pak Sumadi tertegun. Hatinya mendadak haru bercampur bahagia.
"Alhamdulillah ya Allah, telah Engkau utus seorang manusia berpangkat dan berbudi, diujung senja usia hamba-Mu ini...." tutur pak Sumadi berdoa syukur perlahan.
Perlahan pensiunan guru itu menyusut sedikit butiran bening yang meleleh di pipinya.
Ternyata di balik surat itu juga ada tulisan. "Bapak, besok saya harap bapak bersedia datang ke rumah dinas saya. Dan, jangan khawatir bapak, ada anak buah saya akan menjemput bapak..."
Tiba-tiba terdengar suara azan Ashar berkumandang dari puncak kubah masjid. Pak Sumadi beranjak turun dan menutup daun pintu rumah panggung. Melangkah menuju rumah Allah.***(Bersambung...)