Mengajar dalam Adaptasi Kebiasaan Baru dan Permasalahannya
Mengajar dalam adaptasi kebiasaan baru dan permasalahannya - Hampir dipastikan, mengajar siswa di ruang kelas dalam adaptasi kebiasaan baru akan menemukan kesulitan tersendiri bagi guru. Kesulitan dimaksud dalam menjalankan proses dan mewujudkan hasil belajar siswa secara maksimal.
Kesulitan guru berawal dari kondisi psikologis siswa yang 'tertekan' dan dibawah aturan yang mengikat dalam Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Mengajar di ruang kelas dalam adaptasi kebiasaan baru dengan menjalani protokol kesehatan ketat. Pastilah tidak seluwes mengajar pada masa normal.
Secara pragmatis memang, semua bisa diatur. Guru dapat mengajar siswa dengan lancar dan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik di ruang kelas.
Akan tetapi perlu dipahami bahwa pembelajaran di ruang kelas akan optimal dalam suasana belajar yang kondusif. Proses belajar siswa akan menyenangkan dan hasil belajar pun tercapai secara optimal.
Kondisi psikologis siswa
Kondisi psikologis siswa ketika belajar di ruang kelas, memang dalam keadaan "tertekan dan terikat". Tak dapat dielakkan, memakai masker saat belajar bagi sebagian siswa akan menimbulkan rasa kurang nyaman.
Jangan heran, jika siswa sering melorotkan bahkan mencopot maskernya ketika sedang belajar.
Perilaku siswa yang teramati, siswa yang melorotkan atau mencopot masker bukan karena mereka membangkang. Mereka merasa tidak bebas bernafas sehingga dalam belajar sering memegang, merapikan bahkan melorotkan masker ke dagu.
Bagaimana dengan guru?
Guru yang mengajar di ruang kelas tetap memakai masker. Akan tetapi dapat dimaklumi, jika sedang berbicara, menerangkan pelajaran, guru memang harus melorotkan masker!
Tujuannya agar guru tidak merasa sesak nafas dan ucapannya jelas terdengar oleh semua siswa di ruang kelas.
Dapat dibayangkan, jika guru tidak melorotkan masker ke dagu saat berbicara. Siswa akan kesulitan menangkap dan memahami materi pelajaran.
Vokal dan ekspresi guru tidak biasa diamati oleh siswa saat mulut dan hidung terhalangi oleh masker.
Padahal, siswa dapat memahami materi pelajaran, juga ditentukan oleh cara dan ekspresi wajah guru saat berbicara.
Permasalahan mengajar dalam adaptasi kebiasaan baru perlu diatasi agar pembelajaran tetap bermakna bagi siswa.
Salah satu upaya penting adalah menciptakan suasana belajar tetap rileks namun tetap mematuhi protokol kesehatan.
Dianggap melanggar atau tidak, guru memang harus melorotkan masker ketika sedang berbicara, menerangkan pelajaran. Kemudian menaikkannya kembali ketika sedang duduk dan diam.
Jika memungkinkan, guru tetap berada di area papan tulis dan tidak mendekati siswa.
Nah, diyakini juga bahwa permasalahan tersebut akan dapat diatasi secara berangsur-angsur karena proses pembiasaan dalam pembelajaran.
Demikian sekelumit permasalahan mengajar dalam adaptasi kebiasaan baru. ***