Menyibak Kabut Dusun Tuo (Bagian 1)

Menyibak kabut dusun tuo (Bagian 1) - Sejak seminggu terakhir warga Dusun Tuo dicekam rasa takut. Terutama laki-laki yang sudah berusia remaja keatas. Takut nyawa mereka terancam. Termasuk mereka yang tidak merasa berbuat. Khawatir akan kena getahnya ancaman seorang Sutan Mantiko. Warga sudah maklum dengan tingkah polah mamak kaum di Dusun Tuo itu.

Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.com)

Kedai-kedai kopi di Dusun Tuo jadi sepi. Pemuda-pemuda dan bapak-bapak yang sudah biasa ngopi jadi enggan ngopi pagi di kedai. Termasuk ngopi bareng di kedai Etek Mima.

Seminggu lalu, di kedai Etek Mima, Sutan Mantiko telah mengeluarkan ancaman serius. Akan menghabisi nyawa laki-laki yang telah menghamili keponakannya, Siti Rabiah

Ancaman seorang mamak kaum yang berpengaruh di Dusun Tuo itu sudah menyebar dari mulut ke mulut ke seantero Dusun Tuo.

"Saya akan membuat perhitungan dengan laki-laki yang telah mencoreng arang di kening Sutan Mantiko." ujar Sutan Mantiko geram dengan nada tinggi mengancam. 

Dari tadi Sutan Mantiko telah berciloteh kesana kemari tak tahu ujung pangkal ceritanya. Namun celotehnya tidak begitu dipedulikan pengunjung kedai lainnya.

Entah kepada siapa ancaman itu di arahkan. Pagi itu ada banyak laki-laki yang duduk minum kopi pagi di kedai Etek Mima.

Etek Kedai hanya geleng-geleng kepala seraya menekur, meneruskan pekerjaannya membuatkan kopi buat pengunjung kedainya pagi itu.

Tiba-tiba Kasmir, salah seorang laki-laki terbilang muda batuk-batuk kecil usai menyeruput kopi panas. 

Sutan Mantiko tampak tersinggung. Wajahnya menegang. Kumisnya yang tebal hitam dan meranting seakan-akan bergerak merasa tersindir. Memandang sinis ke arah Kasmir.

"Kamu cemoohkan saya, Kasmir? Kamu kira saya main-main, heh...?"

"Siapa yang berani mencemooh Mamak Sutan Mantiko? Saya tersedak dan terbatuk karena kopi buatan Etek Mima ini sedikit pahit, mak Sutan..." sahut Kasmir membela diri.

"Sabar Sutan Mantiko..." Paduko Malin, kira-kira sebaya dengan Sutan Mantiko menegur dan menengahi.

"Sabar bagaimana lagi, Paduko? Arang sudah tercoreng di kening saya, akibat perbuatan laki-laki di Dusun Tuo ini terhadap keponakan saya...,"

Paduko Malin tersenyum kecil seraya menggeleng-gelengkan kepala. 

Senyum penuh wibawa yang membungkam Sutan Mantiko sehingga kehabisan kata untuk berbicara.

"Begini Sutan.... Apakah Sutan sudah bertanya langsung pada Siti Rabiah, siapa yang telah berbuat tidak senonoh?" tanya Paduko Malin kemudian.

Sutan Mantiko terdiam.

"Sudah... Tapi ia hanya menangis dan tidak mau membuka mulut." ujar Sutan Mantiko selanjutnya.*** (Bersambung...!) Simak Cerbung selanjutnya Menyibak Kabut Dusun Tuo Bagian 2

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel