Menyibak Kabut Dusun Tuo (Bagian 2)

Menyibak kabut dusun tuo (bagian 2) - Pada bagian awal cerita ini telah dikisahkan ancaman Sutan Mantiko telah menyebabkan Dusun Tuo jadi mencekam. Ia merasa telah dipermalukan oleh seorang laki-laki yang belum diketahui. Seseorang telah menodai keponakannya Siti Rabiah.

Simak Menyibak Kabut Dusun Tuo Bagian 1 


Ilustrasi gambar (Matrapendidikan.com)

"Maaf Sutan. Kalau boleh saya tahu, siapa kira-kira pelakunya?" pancing Paduko Malin.

"Itu masalahnya, Paduko. Saya tidak bisa mengira-ngira apalagi mencurigai siapa laki-laki di Dusun Tuo ini," 

Jasman yang tadi hanya jadi pendengar ikut bersuara. "Maaf, mak Sutan. Setahu saya, Siti Rabiah memang hanya berada di Dusun Tuo saja dan jarang keluar rumah....."

"Iya, itu sebabnya saya mencurigai warga Dusun Tuo ini, Jasman." sambut Sutan Mantiko memotong ucapan Jasman.

Jasman terdiam. 

Ia adalah tetangga Siti Rabiah sehingga lebih banyak mengetahui keadaan Siti Rabiah. Gadis cantik berkulit putih mulus keponakan Sutan Mantiko itu memang jarang keluar rumah. Paling banter hanya duduk-duduk di kursi teras rumah. 

Meskipun begitu Siti Rabiah adalah seorang gadis yang ramah, tidak sombong dan baik budi. Suka menyapa orang-orang Dusun Tuo  yang lewat di jalan depan rumahnya. 

"Hm, begini saja Sutan. Bagaimana kalau minta tolong kepada istri Sutan untuk menanyai Siti Rabiah?" usul Paduko Malin nengambil alih kembali pembicaraan.

Sutan Mantiko terdiam.

"Biasanya wanita lebih pandai mendekati dan mengungkap masalah seperti," sambung Paduko Malin.

"Oh, Paduko mengangap saya tidak bisa mengatasi masalah ini, begitu?" sergah Sutan Mantiko tersinggung.

"Bukan begitu maksud saya, Sutan. Istri Sutan bisa lebih dekat dengan Siti Rabiah. Bisa saling curhat dengan penuh perhatian. Antara seorang ibu dengan anak." Paduko Malin menjelaskan maksudnya.

Sutan Mantiko manggut-manggut. Dalam hati mamak yang cukup ditakuti di Dusun Tuo ini membenarkan perkataan Paduko Malin.

"Akan saya coba, Paduko..."

"Maaf, Mak Sutan... " ujar Kasmir tiba-tiba. Sutan Mantiko menoleh pada Kasmir.

"Ada apa, Kasmir?"

"Saya dengar Suryadi, anak mak Sutan telah pergi merantau ke Jakarta kemaren. Sepertinya mendadak saja, saya jadi kehilangan teman di dusun ini,"

"Iya.  Katanya lamaran kerjanya diterima oleh sebuah perusahaan disana," sahut Sutan Mantiko dingin.

"Oh, syukurlah mak Sutan." (Bersambung...)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel