Antara Sengsara Membawa Nikmat dan Niknat Membawa Sengsara
Antara sengsara membawa nikmat dan nikmat membawa sengsara - Artikel inspirasi ini hanyalah sebuah telaah bebas tentang kehidupan sosial masyarakat yang dikaitkan dengan kata "sengsara" dan "nikmat".
Sengsara dan nikmat adalah dua kata yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia di dunia. Keduanya harus dijalani dan akan datang silih berganti.
Ketika mengalami kesengsaraan, manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk bersabar dan tawakal. Sebaliknya mendapat nikmat tidak lupa diri.
Kalimat, Sengsara membawa nikmat, mengandung makna berlawanan dengan, Nikmat membawa sengsara.
Dalam istilah sengsara membawa atau mendatangkan nikmat terkandung makna positif!
1.Seseorang sedang mendapat ujian dari Allah SWT. Ujian itu bermakna sekaligus menguji keimanan seseorang. Namun Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuannya, sebagaimana diterangkan dalam QS. Al Baqarah ayat 86:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
2.Apabila seseorang diuji dan dijalaninya dengan sabar, niscaya akan mendatangkan kenikmatan batin baginya. Seseorang akan selalu husnuzon terhadap ujian yang diberikan Allah SWT.
Karena Allah SWT mengatakan dalam Al Qur'an Surat Al insyirah ayat 5-6:
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
Sejauhmana seseorang memahami kata kemudahan dan kesulitan tersebut tergantung pada keimanan dan ketakwaan seseorang.
Jika seseorang ditimpa wabah penyakit atau mengalami masalah keluarga misalnya, akan mengarahkan orang tersebut melakukan muhasabah diri. Mengoreksi diri kekhilafan apa yang sudah diperbuat. Kemudian bertaubat kepada Allah SWT.
Tindakan koreksi diri ini akan membimbing seseorang untuk tetap optimis, sabar, dan berusaha utuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Orang bijak sering bilang, nikmat sehat akan terasa sekali jika dalam keadaan sakit. Oleh sebab itu akan mengingatkan diri seseorang untuk dekat kepada Allah dan berusaha menjaga kesehatan diri dengan baik.
Ketika mengalami masalah keluarga, seseorang akan mengoreksi apa penyebabnya. Tidak menyalahkan satu sama lainnya.
Dengan muhasabah diri, orang tersebut akan menjalani masalah yang dihadapi dengan tenang sembari mengiringi dengan ibadah kepada Allah.
Nikmat yang mendatangkan sengsara, justru sebaliknya. Kenikmatan yang diberikan Allah SWT justru mendatangkan kesengsaraan bagi seseorang karena tidak mensyukurinya.
Dalam QS Ibrahim ayat 7 Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Jadi, dalam keadaan sengsara atau menderita secara fisik atau yang terlihat kasat mata. Allah SWT akan mendatangkan ketenangan kepada hati dan fikirannya. Apabila ia menyadari itu sebagai ujian untuk muhasabah diri.
Sebaliknya kenikmatan iman, kesehatan dan kesempatan tidak akan membuat seseorang lupa diri sebaliknya selalu bersyukur. Allahuwallam.***