Keresahan Pelajar dan Orangtua pada Saat PJJ
Pengantar | Artikel yang berjudul Keresahan Pelajar dan Orangtua pada PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) adalah kiriman Rahma Usman, Angkatan 2020 Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo (Admin).
Dunia sekolah mengalami perubahan kebiasaan dalam proses pendidikan di masa pandemi Covid-19, baik siswa, guru, maupun orangtua siswa. Bahkan kejadian itu juga menghantam perguruan tinggi di seluruh penjuru Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Keadaan pandemi sekarang ini sangat meresahkan para pelajar maupun orangtua.
Bagaimana tidak, pelajar lebih sering menggunakan waktu mereka hanya untuk bermain game atau bermalas-malasan.
Pelajar dituntut pada saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pelajar harus mampu memahami apa yang disampaikan oleh pengajar. Lalu bagaimana dengan pelajar yang jaringannya kurang bagus dan akibatnya pelajar tersebut tidak fokus akibat suara yang dihasilkan putus-putus dan tidak jelas,apalagi jika pelajar kehabisan kuota internet maka pelajar tidak bisa ikut daring sehingga pelajar tersebut akan dikatakan Alfa dan ketinggalan pelajaran.
Pandangan Siswa
Apalagi bila menggunakan aplikasi Zoom, setidaknya harus menggunakan akses wifi sendiri di rumah.
Ditambah lagi, kata Nida, apabila ada orangtua yang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal itu menambahkan aura negatif bagi keberlangsungan belajar online di rumah masing-masing siswa sekolah.
“Terus ga bisa tatap muka langsung sama guru mata pelajaran, jadi tidak maksimal. Selama online juga banyakan pemberian materi atau tugasnya,” keluh Nida.
Paling tidak, lanjut Nida, enaknya belajar dirumah bisa lebih fokus ke materi dan bisa sering interaksi dengan orangtua. Sehingga hubungan orangtua dengan anak bisa menjadi lebih dekat.
Pandangan mahasiswa
Senada dengan Nida, salah satu mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka (UHAMKA), Fachra Arafah menyatakan, banyak duka yang didapat pada saat pembelajaran sistem online, seperti banyak duit yang harus dikeluarkan, sering terhambat dengan jaringan, materi yang didapatkan dari belajar online kurang efektif, dan banyak tugas yang diberikan para dosen.
“Tapi nilai plus-nya belajar online ada juga, bisa lebih dekat dengan orangtua. Namun yang paling penting bisa mencegah bertambahnya jumlah pasien Covid-19 dari kluster dunia sekolah maupun kampus,” jelas FachTok
Pandangan Orangtua
Dari sisi orangtua siswa, mereka banyak mengeluhkan ke guru yang banyak memberikan tugas kepada siswa, tapi tanpa memberikan materi penjelasan terlebih dahulu. Hal itu yang membuat orangtua lebih banyak berpikir dalam memberikan arahan pembelajaran anak secara online di rumah.
"Ini yang membuat orangtua sulit, guru memberi tugas tanpa penjelasan dulu ke anak-anak. Analisa pemahaman orangtua yang disampaikan ke anak juga berbeda dengan yang disampaikan guru. Ditambah lagi banyaknya tugas ibu rumah tangga (IRT), disamping bekerja secara work from home (WFH) juga harus berbenah rumah, mengajarkan dan mengontrol anak di rumah," tutur Erlina Ramayanti yang merupakan orang tua dari anak SD dan SMA di daerah Ciledug, Tangerang.
Adapun dari sisi positifnya, lanjut perempuan yang berkarier menjadi PNS ini menambahkan, bahwa orangtua bisa mengingat pelajaran kembali yang sudah diajarkan puluhan tahun silam di sekolah. Orangtua juga bisa mengembangkan kreavifitas, agar bisa memberikan kesan yang menyenangkan bagi anak-anak.
"Paling terpenting orangtua lebih dekat dengan anak, yang tadinya jauh karena orangtua sibuk kerja, jadi lebih dekat karena pandemi ini. Kami juga bisa lebih paham gaya belajar dari anak-anak itu seperti apa," pungkas Erlina.***
Daftar rujukan
Penulis: Dian Ihsan | Editor: Yohanes Enggar Harususilo