Perlunya 4C dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di Bidang Pendidikan
Pengantar | Artikel ini merupakan kiriman saudara Sepriansyah Akuna, mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo dengan judul : Perlunya 4C (Critical thingking, creative, collaborative, dan communication) dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 di bidang pendidikan. (Admin)
***
Sejatinya, pendidikan dan pembelajaran akan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Di abad ke-21 ini, pembelajaran hanya berpusat pada kemampuan kognitif, tetapi kurang mencakup sejumlah keterampilan seperti personal dan sosial.
Maka dari itu perlu diterapkan keterampilan yang dikenal dengan istilah 4C Pembelajaran Abad 21: critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.
1. Keterampilan berpikir kritis
Johnson (2002) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental untuk merumuskan atau memecahkan masalah, mengambil keputusan, memahami hal tertentu, menemukan jawaban untuk pertanyaan, dan menemukan jawaban yang relevan.
Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan dominan yang harus diajarkan secara eksplisit (Zubaidah, 2016). Melalui keterampilan berpikir kritis diharapkan siswa mampu menggunakan sistem berpikir untuk membuat alasan yang efektif, memecahkan masalah, menghitung kemungkinan, membuat kesimpulan, dan membuat keputusan.
2. Berpikir kreatif
Kreativitas telah dianggap sebagai salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai dan menjadi kunci untuk pembelajaran yang efektif pada abad 21.
Kreativitas telah dicatat sebagai keterampilan yang signifikan di seluruh rentang kehidupan (Egan, Maguire, Christophers, & Rooney, 2017). Livingston (2010) melaporkan bahwa kreativitas merupakan keterampilan penting bagi siswa karena memiliki hubungan langsung dengan pengembangan konten pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Kivunja (2014), beberapa kecakapan terkait kreativitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran adalah;
a. Mampu menyelesaikan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bersikap terbuka dan memiliki rasa ingin tahu.
c. Mampu memanfaatkan kemampuan dan keterampilannya dalam menganalisis, mengevaluasi, mengelaborasi dan mencipta.
d. Mampu menggunakan berbagai strategi berpikir kreatif (seperti mind mapping, visual creativity, word association, SWOT analysis, and lateral thinking) untuk menemukan dan mengungkapkan ide-ide baru.
3. Keterampilan komunikasi
Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, atau angka.
Pada definisi lain, komunikasi diartikan sebagai keterampilan yang melibatkan kegiatan mendengar, observasi, berbicara, bertanya, analisis serta evaluasi untuk menyampaikan pesan atau makna suatu informasi kepada orang lain melalui berbagai media. Kemampuan komunikasi mencakup pemahaman informasi yang diberikan dan kemampuan mengekspresikan ide atau konsep secara efektif (Partnership for 21st Century Learning, 2015).
Keterampilan komunikasi mengacu pada kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan jelas, menggunakan bahasa lisan atau tertulis, verbal maupun non-verbal dan berkolaborasi secara efektif (Pacific Policy Research Center, 2010).
Belajar merupakan kegiatan sosial yang secara fundamental dapat terjadi baik di sekolah, tempat kerja, maupun lingkungan lainnya.
Oleh karena itu, kecakapan berkomunikasi harus dibangun sejak awal. Beberapa kecakapan komunikasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. antara lain sebagai berikut. (Arsad & Soh, 2011; Osman, Hiong, & Vebrianto, 2013)
4. Keterampilan kolaborasi
Kolaborasi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan kolektif dalam hal membantu, menyarankan, menerima, dan bernegosiasi melalui interaksi dengan orang lain yang dimediasi oleh teknologi (Brown, 2015).
Kolaborasi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk bekerja secara fleksibel, efektif, dan adil dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah tugas kolektif (National Education Association, 2010; Partnership for 21st Century Learning, 2015).
Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama antar siswa yang satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.
Kecakapan kolaborasi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran seperti dikemukakan Kivunja, C. (2014), antara lain sebagai berikut: a) Tanggung jawab untuk bekerja sama dengan orang lain untuk menghasilkan tujuan tertentu. b) Menghargai dan menghormati pendapat yang berbeda c) Mampu bekerja efektif dan fleksibel dalam tim yang beragam d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam tim demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Tuntutan kurikulum berbasis 4.0 menuntut siswa harus mampu bekerja sama, berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif, tuntutan ini dapat dicapai jika guru membuat pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan 4C.
Dalam meningkatkan kemampuan 4C dapat dilakukan dengan menerapkan kegiatan lesson study, selain itu peningkatan keterampilan 4C juga harus diikuti dengan penanaman karakter yang dapat menyiapkan siswa dalam menghadapi tantangan.
Model pembelajaran lesson study ini dapat juga membantu guru untuk meningkatkan keaktifan siswa di dalam kegiatan pembelajaran karena dengan model ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan dapat memotivasi siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran
Kegiatan Lesson study merupakan bentuk pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan 4C (critical thinking, creative, collaborative, dan communicative).
Keterampilan 4C Pembelajaran Abad 21 di atas harus dimiliki peserta didik dari seluruh jenjang pendidikan, termasuk anak-anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) yang baru memasuki dunia belajar.
Selain diterapkan oleh guru atau pendidik di sekolah, keterampilan tersebut sebenarnya dapat juga dikembangkan oleh orangtua di rumah. Salah satunya dengan cara stimulasi strategi belajar anak melalui media digital.
Strategi belajar mengajar yang efektif dan relevan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan net generation (generasi milenial) pada abad 21.
Selain membutuhkan sumberdaya digital untuk mengakses informasi, komunikasi dan pemecahan masalah, hal terpenting yang harus dimiliki oleh generasi milenial adalah soft skills yang meliputi keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking Skills), keterampilan berpikir kreatif (Creative Thinking Skill), keterampilan berkomunikasi (Communication Skills) dan keterampilan berkolaborasi (Collaboration Skills). Keempat keterampilan tersebut dikenal dengan keterampilan 4C.
Strategi pedagogik untuk memberdayakan kompetensi 4C adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan dapat membangun keterampilan abad 21.
Strategi tersebut adalah dengan (a) menjadi sadar dan melek akan teknologi; (b) menugaskan permasalahan yang terjadi di dunia nyata bagi siswa untuk diselesaikan dengan menggunakan teknologi; dan (c) menciptakan pengalaman belajar berbasis masalah kolaboratif menggunakan sumber daya yang didapat melalui internet.
Dengan demikian, domain utama keterampilan abad 21 yang berupa literasi digital, pemikiran yang intensif, komunikasi efektif, produktivitas tinggi dan nilai spiritual dan moral dapat tercapai melalui latihan-latihan yang berkelanjutan di dalam proses pembelajaran.
Demi mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0,semua pihak harus bisa dan mau memberikan peran, khususnya untuk dipraktekkan dan tidak sekedar teori. Dengan strategi 4C, diharapkan setiap pelaku pendidikan serta anak dapat siap siaga, dalam menghadapi masa transisi menuju persaingan bebas.
Dengan itu tentu kita bisa meningkatkan mutu pendidikan, tentu dengan peran dari setiap pelaku pendidikan.
Daftar Rujukan
Abdullah,M.,& Osman,K.(2010).Scientific inventive thinking skills among primary students in Brunei. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 7, 294-301.
Arsad, N. M., Osman, K., & Soh, T. M. T. (2011). Instrument development for 21st century skills in Biology. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 15, 1470-1474.
Bers, T. 2005. Assessing Critical Thinking in Community Colleges. New Direction for Community Colleges, No. 130.
Beyer, BK. (1995). Critical Thinking. Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Brown, B. (2015). Twenty First Century Skills: A Bermuda College. Twenty First Century Skill, 58-64
Egan, A., Maguire, R., Christophers, L., & Rooney, B. (2017). Developing creativity in higher education for 21st century learners: A protocol for a scoping review. International Journal of Educational Research, 82, 21-27.
Ditulis oleh: Sepriansyah Akuna (131420003)
Jurusan: Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Gorontalo