Cerpen Renima

Cerpen renima - Pak Aditya tersenyum sendiri saat merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamar. Disana, bayangan Renima seakan tersenyum kepadanya. Seperti senyumnya tadi siang, saat mengantarkan putrinya mendaftar masuk sekolah.

"Ternyata Renima jauh lebih cantik sekarang jika dibandingkan ketika ia menjadi muridnya, belasan tahun silam." ujar pak Aditya membatin.

Kembali angan pak Aditya melayang pada saat proses penerimaan murid baru tadi siang di sekolah....

Pak Aditya memeriksa berkas map warna abu-abu dengan nomor 79. Semua blanko dan bahan-bahan yang dibutuhkan sudah lengkap. Namun saat memeriksa biodata calon murid baru, pak Aditya geleng-geleng kepala sendiri.

"Dipanggil calon siswa baru nomor pendaftaran 79 atas nama Melinda, segera ke depan loket 1 penerimaan siswa baru..."

Suara pak Aditya terdengar lantang melalui pengeras suara.

"Coba lorotkan maskermu sampai leher biar jelas ucapannya." suruh pak Aditya ketika calon siswa sudah terlihat berdiri di depan loket.

Tanpa komentar ia melorotkan masker pelindung. Mulut dan wajah calon siswa baru itu kini terlihat lebih jelas.

Pak Aditya tercenung. Kerongkongannya terasa kelat setelah mengamati wajah calon murid baru perempuan itu.

Wajah calon murid baru itu mengingatkan pak Aditya pada seseorang. Namun ia tidak ingat lagi nama orang yang mirip dengan calon murid baru itu.

"Ada apa, pak...?"

Pak Aditya tersentak.

"Nama ayahmu, belum diisi pada biodata ini," jawab pak Aditya cepat, menghilangkan kesan kalau tadi ia telah melamun.

"Kata mama saya, nama ayah tidak usah diisi, pak..." jawab Melinda jujur.

"Oh, begitu." Pak Aditya manggut-manggut. "Panggil mamamu itu dan suruh ke depan loket ini, ya?"

"Ada apa, pak guru?" tanya orangtua Melinda yang sudah berdiri di depan loket pendaftaran.

Yang ditanya justru melongo. "Renima..." desis pak Aditya pelan.

"Iya, saya Renima orangtua dari Melinda, pak guru..." sahut Renima.

"Hm, begini Reni. Biodata anak harus diisi lengkap. Siapa nama papanya Melinda, Ren?"

"Kami sudah berpisah, pak guru...." cetus Renima. Membuat pak Aditya terhenyak. Sejenak ia memandangi wajah perempuan muda dan cantik itu dari balik kaca loket pendaftaran siswa baru.

"Begini, Reni. Kalaupun sudah berpisah atau meninggal, nama ayah Melinda tetap ditulis dalam biodata pendaftaran ini," ujar pak Aditya kemudian seraya tersenyum.

"Oh, maaf pak guru. Nama papanya Melinda, Suryadi..."

Pak Aditya membantu menuliskan nama itu pada bagian nama ayah.

"Sudah, pak guru?" tanya Renima sembari tersenyum, melirik pak Aditya sesaat.

Pak Aditya mengangguk agak kikuk dan Renima pun berlalu.

Pak Aditya meluruskan punggung di sandaran kursi setelah menyimpan berkas terakhir dalam penerimaan murid baru hari itu....

"Pak Adi, makan malamnya sudah siap tuh..." seru pemilik rumah dari luar kamar membuyarkan lamunan pak Aditya.

"Iya, buk...terima kasih." sahut pak Aditya bangkit. Sambil tersenyum senang guru paruh baya itu segera keluar kamar.***