Dilema Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19
Dilema Pendidikan di tengah Pandemi Covid-19 - Di tengah Pandemi Covid-19, tidak sedikit yang mempertanyakan seberapa jauh kualitas pendidikan yang diterima anak yang terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh selama setahun silam. Sebagian orangtua merasa tidak puas dengan kondisi dan cara pembelajaran jarak jauh, namun sebagian lainnya merasa cukup menjalankan aturan pemerintah karena tidak ingin memberikan beban lebih kepada anak-anaknya.
Di masa seperti ini sudah cukup membuat anak merasa frustasi dengan keadaan yang terus menekankan untuk tetap di rumah saja dan terpaksa melakukan pembelajaran jarah jauh.
Psikolog dan Peneliti Mindful Parenting, Dewi Kumalasari, 2020. Mengatakan orangtua harus belajar menanamkan dalam diri bahwa belajar dari rumah secara daring ini bukan hanya tentang memenuhi tuntutan sekolah atau akademik, tetapi kesempatan berharga untuk membentuk kemandirian belajar anak.
“Proses belajar selalu jauh lebih berharga dari hasil belajar," Kata psikolog yang juga dosen di Universitas Yarsi, dikutip dari Antara.
Ia menyarankan orangtua agar tetap menanamkan kebahagiaan dan mengajak anak membuat jadwal rutinitas harian yang konsisten dan fleksibel.
"Yang penting mengatur waktu yang cukup untuk bersenang-senang, berolahraga, dan bersosialisasi. Membentuk kebiasaan belajar mandiri, seperti meletakkan jadwal belajar atau rencana pembelajaran di tempat yang terlihat agar mudah diikuti,” katanya.
Memang di masa Pandemi seperti ini memberikan gambaran berlangsungnya dunia pendidikan dengan bantuan teknologi.
Namun, secanggih-canggihnya teknologi tetap tidak bisa menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi antara pendidik dan peserta didik karena edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.
Masa Pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas individu dalam menggunakan teknologi dalam mengembangkan dunia pendidikan. Demikian dikatakan Dirjen Pendidikan Tingi Kemendikbud, Prof. Ir. Nizam.
Situasi pendidikan seperti ini menjadi dilema tersendiri, baik dari pendidik maupun para peserta didik.
Di satu sisi mereka diharuskan melaksanakan pembelajaran jarak jauh untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, namun di sisi lain ada kalanya timbul rasa bosan karena berbagai kendala yang dihadapi, serta keinginan untuk berinteraksi dan melaksanakan pembelajaran tatap muka secara langsung.
Dilema tersebut tidak jarang menimbulkan gejolak dalam masyarakat, karena ingin segera merasakan kondisi seperti sedia kala dimana interaksi sosial tidak dibatasi.
Bahkan banyak tuntutan dari wali murid agar sekolah dibuka kembali meskipun banyak pula yang tetap menginginkan pembelajaran jarak jauh.
Namun hingga saat ini, pemerintah tetap dalam keputusannya untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh karena resiko yang dihadapi tidaklah ringan.
Dalam menghadapi berbagai tantangan dalam dunia pendidikan terlebih lagi di masa pendemi ini, sangat diperlukan kerja sama dari masyarakat sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Salah satunya melalui dunia pendidikan dengan tetap mematuhi aturan untuk melaksanakan pembelajaran jarah jauh.
Karena dalam situasi laju pertambahan kasus Covid-19 yang masih terus meninggi, maka pendidikan jarak jauh tetap menjadi solusi jitu untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Selain itu inisiatif dari pihak sekolah sangat diperlukan demi tercapainya mutu pendidikan dengan tidak mengurangi kualitas pendidikan karena berlakunya pembelajaran jarak jauh.
Orangtua siswa juga memiliki peranan utama untuk menciptakan suasana keluarga yang mendukung pembelajaran jarak jauh yang akan menentukan kesuksesan pendidikan anak di tengah pandemi Covid-19 ini.*** (Kiriman : Putri Amrina Rosyada, Mahasiswa Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, WA:082336913402).***