Membelajarkan Anak dan Permasalahannya Selama BDR

Membelajarkan anak dan permasalahannya selama BDR - Pembelajaran online yang diterapkan dalam dunia pendidikan sekolah saat ini sering dikeluhkan. Tidak hanya oleh guru melainkan juga orangtua siswa. Keluhan itu berawal dari sulitnya mengontrol aktivitas dan perilaku siswa selama Belajar Dari Rumah(BDR).

Dapat dimaklumi, ketika belajar tatap muka di sekolah, guru dapat memantau semua aktivitas maupun tingkah laku siswa. 

Guru berinteraksi langsung dengan siswa sehingga dapat memberikan penguatan positif dan negatif selama pembelajaran berlangsung.

Sementara tugas orangtua di rumah, mengontrol anak tidak terlalu berat. Waktu bersama anak sudah berkurang sekian jam selama anak berada di sekolah.

Akan tetapi semua itu berubah seratus delapan puluh derajat. Guru tak dapat lagi mengontrol siswa kecuali memberi materi dan tugas belajar melalui media belajar yang digunakan.

Sebaliknya, tugas orangtua di rumah justru semakin berat sehubungan dengan rentang waktu bersama anak selama 24 jam.

Dapat juga dimaklumi, kondisi ini boleh jadi menimbulkan kebosanan di pihak siswa. Akibatnya mereka lebih banyak mengisi waktu untuk bermain dari pada belajar. 

Di tangan siswa ada gadget android yang sudah dilengkapi dengan fitur media sosial, permainan dan hiburan. 

Siswa lebih sering menggunakan android namun belum tentu banyak waktu digunakannya untuk belajar.

Padahal, membaca materi pelajaran dan mengerjakan tugas serta menyetorkannya kembali kepada guru adalah kewajiban utama siswa.

Permasalahan pembelajaran online kiranya menjadi sebuah tantangan menarik bagi guru, orangtua dan siswa selama BDR.

Pembelajaran online selama BDR menjadi pilihan terbaik pada masa pandemi. Pembelajaran menggunakan berbagai media seperti Whatsapp, telegram messenger, google classroom, google meet, zoom meeting dan lainnya.

Guru dapat memilih dan menggunakan platform media bervariasi dalam pembelajaran online. Pemilihan platform media disesuaikan dengan kondisi siswa (tingkatan sekolah dan kelas).

Materi disajikan melalui teks, audio maupun visual dan audio visual. Tugas yang diberikan kepada siswa bervariasi. Prinsipnya, materi dan tugas yang diberikan, memudahkan dan bukan memberatkan. Membelajarkan dan bukan mengajarkan!

Bagi orangtua siswa, keluhan terhadap anak yang menghabiskan waktu bermain game. Anak menjadikan belajar dan membuat tugas hanyalah sebagai sampingan. Paket data banyak terhabiskan oleh game dan bukan untuk belajar. Tentu dapat diminimalkan secara berangsur-angsur.

Di pihak siswa, perlu adanya semacam kesadaran. Saat ini siswa berada pada usia dimana harus memikirkan belajar ketimbang hal lain.

Guru, orangtua dan siswa ditantang pada masa pandemi melalui pembelajaran online.

Guru ditantang bagaimana siswa mau belajar melalui strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan pada siswa.

Orangtua pun ditantang untuk mengatasi kebiasaan anak di rumah. Bagaimanapun anak lebih banyak waktunya di rumah dan orangtua mengetahui hal itu.

Guru dan orangtua sukses tentulah yang berhasil membelajarkan anak. Menciptakan situasi dan kondisi dimana anak mau belajar.

Hasil belajar siswa berupa nilai akademik, mungkin dinomorduakan pada masa pandemi ini.

Sebab memperoleh nilai akademik berupa angka tentu tidaklah sulit. Siswa dapat melakukannya dengan berbagai cara dan itu tak dapat dihindari.

Oleh sebab itu 'pekerjaan rumah' paling penting bagi guru dan orangtua adalah membelajarkan anak. Anak mau dan ingin belajar selama pembelajaran online.***