Merajut Impian Masa Lalu (Bagian Ketiga)

Ringkasan cerita bagian lalu : Diam-diam Fredy datang ke rumah orangtua Armitha di kampungnya. Wanita itu telah memberi tahu kalau dirinya pulang kampung tanpa suami maupun anak-anaknya. Namun ia tak berbasa-basi menyuruh Fredy menemuinya. Fredy pun nekad datang sore itu.

Ilustrasi gambar (pexels.com)

Fredy sempat ragu karena di halaman rumah orangtua Armitha sudah terparkir sebuah motor. Untung pak Sujadi, pamannya Armitha datang dan menyuruh Fredy langsung ke rumah.

Simak : Merajut Impian Masa Lalu (Bagian Kedua)

Siapa pemilik motor di halaman rumah orangtua Armitha itu? Simak bagian ketiga ini!

***

Ada rasa kikuk luar biasa ketika Fredy duduk di kursi tamu di rumah orangtua Armitha. Berhadapan dengan pria angkuh yang baru dikenalnya. Apalagi pria itu selalu menoleh ke arah lain. Sikapnya itu menandakan rasa tidak senangnya dengan kehadiran Fredy.

Fredy tidak menyangka kalau pria yang tadi mendahuluinya di jalan juga bertujuan ingin bertemu dengan Armitha.

Fredy menghela nafas lega. Armitha muncul membawakan secangkir kopi untuk Fredy.

"Silahkan diminum kopinya, Uda..." ujar Armitha sembari duduk di anak kursi tamu.

"Terima kasih..." sahut pria angkuh itu, merasa dirinya yang dipersilahkan minum oleh Armitha. Lalu pria bertubuh agak gemuk itu segera menyeruput kopi yang mulai dingin di cangkirnya.

Armitha hanya menelan ludah. Ia bermaksud mempersilahkan Fredy untuk minum kopi. Namun Jazid yang sudah dipersilahkan minum justru kembali berterima kasih.

Fredy lebih banyak diam. Menjadi pendengar yang baik ketika pria itu bercerita panjang lebar kepada Armitha. Teranglah bagi Fredy kalau Jazid juga menaruh hati pada wanita yang sudah bersuami dan punya anak-anak itu!

"Uda Fredy kok diam saja dari tadi? Ikut ngobrol dong," ujar Armitha. 

"Ya, uda lagi mendengar obrolan kalian. Tidak enak dong kalau uda ikut juga nimbrung..." jawab Fredy ramah.

"Ya, nggak ada salahnya uda ikut menyela..." 

"Kapan Mitha kembali ke rantau?" tanya Fredy mencairkan suasana.

"Belum pasti, Uda. Mungkin setelah urusan di kampung ini selesai,"

"Oh..."

"Nggak usah saja balik ke rantau, Mitha. Di kampung kita ini kan enak," sela pria itu.

"Ya, nggak mungkinlah uda Jazid. Anak-anak dan papa mereka di rantau..." sanggah Armitha halus.

"Bisa diajak pulang ke kampung kita, bukan?" 

"Iya, tapi penghidupan kami sudah di rantau, uda Jazid..."

Pria yang dipanggil uda Jazid terdiam. 

"Hm..., maaf Mitha. Uda pulang duluan. Soalnya sudah sore dan... jauh lagi..." ujar Fredy mohon pamit.

"Ya, nggak apa-apa, Uda..." 

"Permisi, saya duluan uda Jazid..." ujar Fredy sembari berdiri. 

"Ya, baguslah..." sahut Jazid dengan wajah senang. 

Tapi bagi Fredy jawaban itu terasa janggal.***(Bersambung...)

Baca selanjutnya : Merajut Impian Masa Lalu Bagian Keempat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel