Merajut Impian Masa Lalu (Bagian Kedua)
Merajut impian masa lalu (bagian kedua) - Sudah baca Cerita Bersambung (Cerbung) sebelumnya? Kalau belum, simak : Merajut Impian Masa Lalu (Bagian Kesatu).
***
Huk! Huk! Hukk...!
Tiba-tiba Fredy terbatuk-batuk. Lamunannya jadi buyar. Segera ia menepikan motor dan mematikan mesinnya.
Tadi asap knalpot berterbangan saat sebuah motor butut mendahuluinya.
Fredy memang tidak mengenal pria di atas motor butut yang telah mendahuluinya itu.
"Pantasan pria itu lewat saja, memintas tanpa menegur atau mengklakson terlebih dulu," Fredy membatin.
Fredy menyalakan mesin motor kembali dan meneruskan perjalanan.
Jarak rumah orangtua Armitha memang cukup jauh dari jalan raya. Untuk sampai ke rumahnya harus melewati jalan bercadas dan berluku-liku. Di sisi kiri dan kanan jalan ada area persawahan luas.
Fredy sudah hampir sampai di tujuan. Makin lama makin mendekat dan makin jelas rumah orangtua Armitha.
Rumah orangtua Armitha masih diingat oleh Fredy meskipun kondisinya sudah jauh berbeda.
Dulu yang ada hanya rumah orangtua Armitha di tempat itu. Namun sekarang di sisi kanan dan kiri sudah berdiri banyak rumah.
Keraguan melanda hati Fredy. Lalu ia menghentikan motornya dekat sebatang pohon kelapa di pinggir jalan.
Pohon kelapa ini juga masih diingatnya. Dulu setinggi empat meter namun sekarang sudah tinggi dan berbuah lebat.
Fredy tak menyangka. Ternyata motor yang mendahuluinya tadi sudah parkir di halaman rumah orangtua Armitha.
"Siapa gerangan pria itu?" tanya Fredy dalam hati.
Kini ia tertegun di atas jok motornya. Ia jadi ragu untuk meneruskan niatnya berjumpa dengan Armitha.
"Diteruskan... nggak, diteruskan... nggak..." Fredy membatin usai mematikan mesin motornya.
"Hai! Ini Fredy, bukan?"
Fredy terperanjat kaget. Seseorang laki-laki tua menegur dari belakang.
Fredy menoleh sembari membuka raybennya.
"Oh, paman rupanya. Betul paman, saya Fredy. Ternyata paman masih ingat saya,...." sahut Fredy tersipu malu.
"Tentunya Fredy juga masih ingat saya meskipun sudah sangat tua sekarang?"
"Masih ingat, paman..." balas Feedy.
"Hm, Kenapa berdiri disini? Mau berjumpa Armitha?" tebak pak Sujadi, pamannya Armitha.
"Iya, paman... " Fredy mengangguk.
"Kenapa mesti ngintip Armitha dulu, terus sajalah ke rumah...."
"Tapi, paman... Itu motor siapa di halaman rumah?" tanya Fredy memintas.
Pak Sujadi tersenyum.
"Ayo, teruskan ke rumah dulu, nanti kamu akan tahu..." ujar pak Sujadi segera melangkah. Fredy menyusul pelan di belakang dengan motornya. (Bersambung...)