Merajut Impian Masa Lalu (Bagian Kelima)

Ringkasan cerita sebelumnya - Ketika hendak pulang, Fredy sempat bercerita dengan pak Sujadi. Paman Armitha itu merasa prihatin dengan nasib Fredy saat ini. Iapun menyesali Fredy tidak berjodoh dengan keponakannya. 

Ilustrasi gambar (pexels.com)

Simak Merajut Impian Masa Lalu Bagian Keempat

Armitha merasa tidak puas bertemu dengan Fredy. Oleh sebab itu melalui WhatsApp ia meminta ketemuan lagi di suatu tempat.

Bagaimana kisah selanjutnya dari Cerbung ini? Simak terus cerita bagian kelima berikut ini!

***

Fredy memperlambat laju motornya manakala sudah mendekati suatu pertigaan jalan. Kemaren, Armitha menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan Fredy saat berkunjung ke rumah orangtuanya. Namun Armitha berharap agar Fredy mau bertemu dengannya lagi tapi di tempat lain.

Armitha meminta Fredy menemuinya di ujung jalan desa menuju kampung di pertigaan jalan. Fredy pun tak keberatan dan memenuhi permintaan Armitha.

Kini Fredy sudah sampai pada tempat yang dijanjikan Armitha. Ternyata Armitha sudah menunggu di sebuah warung kecil di ujung pertigaan jalan.

Armitha keluar dari warung dan menemui Fredy.

"Sudah lama menunggu, Mitha?" tanya Fredy sembari menyerahkan sebuah helm pelindung.

"Tidak juga, Uda." sahut Armitha gembira. Kemudian menyambut dan mengenakan helm yang sudah dipersiapkan Fredy dari rumah. Ia segera membonceng menyamping di belakang.

"Kita mau kemana, Mitha?" 

"Terus jalan dulu, tidak enak dilihat orang disini,"

"Jangan khawatir. Mereka akan mengira Uda seorang tukang ojek dengan tampilan seperti ini," kilah Fredy.

"Iya juga tuh. Ternyata Uda masih seperti dulu dalam mengatur siasat ketemuan, " puji Armitha.

"Mitha juga," balas Fredy.

"Uda yang ngajarinya, bukan? Hehehe..."

"Iya kali. Hmmm, pegangan yang erat ya?" suruh Fredy. Armitha menurut saja. Namun ketika Armitha meletakkan tangan kanan di paha atasnya, Fredy agak gemetaran.

Fredy menarik gas motornya perlahan-lahan. Dua insan dimabuk rindu terlarang itu pun meninggalkan pertigaan jalan....

Fredy memarkir motor di area parkiran motor tempat wisata. Kemudian berjalan kaki beriringan dengan Armitha menapaki jalan di bukit yang ditumbuhi pohon pinus.

Di beberapa tempat terdapat rumah-rumah pohon yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tampak menarik.

"Ayo, kita naik ke rumah pohon ini," ujar Fredy di sebuah rumah pohon.

Armitha nampak ragu-ragu. Namun Fredy sudah meraih tangan Armitha dan membimbingnya untuk naik tangga kayu rumah pohon.

"Wah, asik juga ya Uda, naik rumah pohon ini..." seru Armitha sesampai di atas rumah pohon berlantai kayu sembari memperhatikan keadaan sekelilingnya.

"Iya... Kita bisa menikmati keindahan alam di sekitarnya," sahut Fredy yang juga mengedarkan pandangan ke sekeliling area wisata rumah pohon.

Fredy duduk bersandar, meluruskan kakinya ke depan. Sementara di sampingnya, Armita duduk bersimpuh.

Seorang perempuan muda datang, naik untuk mengantarkan makanan dan minuman yang tadi dipesan Fredy.

"Jadi malu, Uda..."

"Kenapa?"

"Serasa jadi remaja kembali, hehe..."

"Sekali-sekali tidak apa-apa, Mitha. Baru kali ini kita ketemuan dengan bebas sejak berpisah dulu..."

"Yuk kita selfian dulu..." Armitha mengeluarkan android dari tas tangannya. Setelah mengatur posisi kamera android Armitha menjepretnya.

"Jangan di-share ke media sosial, Mitha .."

"Ya, nggaklah. Ntar rahasia kita terbongkar, bisa heboh tuh dunia..." sahut Armitha ketawa diikuti Fredy.

Armitha terdiam ketika Fredy meraih tangan Armita.

"Ternyata Mitha masih cantik seperti dulu..." puji Fredy.

"Gombal ah..." Armitha tersipu.

"Benar, kok..."

"Tapi, Uda malah lebih ganteng sekarang..." balas Armitha sengit memuji.

Fredy tertawa dan Armitha pun tertawa senang.

"Masih ingat nggak saat dimana kita bertemu dulu pertama kali?" tanya Fredy kemudian.

"Masih ingat, kok. Di atas bis kota..." sahut Armitha cepat.

Lalu kedua insan yang sudah tidak muda itu sama-sama terdiam. Terbang ke masa lalu, saat dimana pertama kali mereka berjumpa....***(Bersambung).

Simak selanjutnya Merajut Impian Masa Lalu Bagian Keenam.