Merajut Impian Masa Lalu Bagian Keenam

Ringkasan bagian kelima - Di atas rumah pohon, justru Fredy dan Armitha saling melamun. Mengenang masa lalu, saat pertama mereka berjumpa di atas bis kota. Mereka sama-sama berdiri di antara saratnya penumpang bis kota pagi. Bagi yang pengin baca simak Merajut Impian Masa Lalu Bagian Kelima

***

Ilustrasi gambar (pexels.com)

"Hai, jangan terlalu lama melamunnya, Uda!" seru Armitha. Ia dapat menerka apa yang dilamunkan pria di sampingnya. Namun Fredy juga berpikiran sama. Sudah menebak apa yang ada di pikiran Armitha.

Fredy hanya tersenyum. Perlahan tangannya meraih tangan Armitha. Namun Armitha menarik tangannya cepat. Bukan karena enggan tetapi ia metasa risih karena pria yang menarik tangannya bukan suaminya!

"Jangan Uda, tak enak dilihat orang di bawah sana...." ujar Armitha menolak secara halus.

"Nggak apa-apa, paling mereka mengira kita suami istri," dalih Fredy. Ia tidak kecewa atas penolakan Armitha ketika tangannya diraih.

"Besok Mitha kembali ke rantau, Uda." cetus Armitha dengan suara tertahan. Mengalihkan pembicaraan. 

Bagaimana pun ia merasa berat untuk berpisah dengan Fredy. Setelah ini mereka hanya bisa berkomunikasi melalui media sosial.

"Kamu memang harus kembali ke rantau. Suami dan anak-anakmu sudah lama kamu tinggalkan," balas Fredy.

Ia juga merasa berat berpisah dengan Armitha. Jika itu terjadi maka dirinya kembali menjalani hidup seperti biasa dalam kesendirian.

Sebagai laki-laki Fredy harus menunjukkan sikap yang baik dan memahami keadaan Armitha.

"Uda merasa tidak keberatan Mitha kembali ke rantau?"

Fredy hanya tersenyum kecut.

"Atau Uda malah senang?"

Fredy menoleh dan menatap wajah Armitha. "Tak seorangpun senang berpisah dengan orang yang dicintainya. Tetapi Uda paham, kamu masih punya suami di rantau." 

Armitha menundukkan kepala. Ia merasa tidak berdaya dalam situasi seperti ini.

"Jika Mitha sudah di rantau, masihkah Uda menunggu Mitha?" Ucapan Armitha agak terbata-bata.

"Tentu saja, Mitha..." jawab Fredy pasti.

"Mitha juga akan menunggu Uda sampai kapan pun. Mitha janji, Uda..." 

"Entah kapan itu semua jadi kenyataan..."

"Mungkin disaat kita sudah lanjut usia, hehe..." cetus Armitha. Namun air matanya mulai meleleh karena tak sanggup lagi menahan hatinya.

Tanpa sadar Armitha menyandarkan kepalanya di bahu Fredy. 

"Sebenarnya apa yang kita cari selama ini, Mitha?" tanya Fredy membiarkan Armitha menyandarkan kepala.

"Ketengan hidup, Uda. Kita dulu berpisah tanpa ujung pangkal dan menghilang begitu saja."

"Kamu benar, Mitha. Saat ini sebenarnya kita sedang merajut impian masa lalu yang terputus," balas Fredy.*** (Bersambung...)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel