Menggapai Impian untuk Kampuang Tacinto
Menggapai impian untuk 'kampuang tacinto' - Sepanjang usia yang telah dilalui di kampuang tacinto. Dari masa kecil hingga dewasa bahkan sudah memasuki masa tua. Rindu akan suasana masa lalu dengan segala aktifitas masyarakat dari zaman dulu. Rasa kekeluargaan dan gotong-royong. Sangat jauh berbeda dengan masa sekarang.
Dulu semasa kecil, segala kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat begitu dicintai dan di lakukan dengan penuh semangat. Kegiatan dalam kesenian daerah misalnya.
Dulu dimasa kecil, saya sendiri dengan penuh semangat mengikuti dan menonton pertunjukan kesenian Minangkabau seperti randai yang diadakan.
Tapi dimasa sekarang ini begitu memprihatinkan. Anak-anak bahkan semua lapisan masyatakat seakan tak mengenal dan tak mau peduli dengan kesenian daerah mereka.
Apakah ini pengaruh dari teknologi? Ataukan nilai dari seni itu sendiri sudah hilang dimata masyarakat.
Ingin rasanya kembali kemasa 30 tahun yang lalu. Semaraknya kampung dengan segala aktifitas gotong-royong dari masyarakat.
Tapi perlahan, kami selaku penggerak di sanggar yang berlokasi di pinggir Batang Imang ini, ingin mengembalikan masa dari 30 tahun yang lalu itu kembali pada anak-anak kami.
Mereka mau bergotong royong untuk melestarikan kesenian Minangkabau. Semangat untuk maju tak akan surut dalam memajukan Sanggar Titian Imang Jorong Kapuah.
Dalam situasi apa pun, kami dengan jiwa besar dan niat yang kuat untuk terus maju dalam menjalankan tugas untuk memajukan Sanggar Titian Imang ini.
Tantangan berat yang harus dihadapi adalah dengan kuatnya pengaruh HP bagi anak anak.
Sehingga untuk memupuk rasa tanggung jawab mereka dalam memajukan dan melestarikan budaya minang ini sangatlah sulit.
Tapi diantara banyaknya penghalang, kami sebagian dari mereka memang masih sangat bersemangat. Bahkan mereka mau datang mencari dan meminta pelatih untuk mau melatih mereka dimana pun.
Dipandang dari sisi inilah semangat kami yang melemah kadang kadang kembali begitu kuat.
Karena masih ada dari mereka yang benar-benar dari hatinya untuk mau berlatih.
Dan dorongan dari sebagian orangtua yang mensupport anaknya untuk berlatih dengan giat. Karena orangtua yang mengerti dengan pentingnya anak-anak mereka mengenal tradisi dan budaya mereka.
Haruskan pengaruh teknologi menghancurkan minat anak-anak dalam mengenal budaya mereka?
Hal yang sangat memprihatinkan kalau kita menutup mata untuk ini.
Disaat peluang yang telah kami sediakan di Sanggar Titian Imang, bisa membawa anak-anak kita kembali ke tradisi mereka.
Itu adalah pilihan untuk para orangtua dan juga dukungan moril dan materil dari pemerintah.
Apakan Sanggar Titian Imang ini berlanjut dan terus maju atau melemah tanpa adanya dukungan?
Jawabannya ada pada semua komponen yang ada di Jorong Kapuah!***
Penulis : Delza Dona, Pelatih Sanggar Titian Imang Jorong Kapuah Nagari Sumani.