Jam Gadang Bukittinggi Disaat Gerimis Jelang Senja
Jam gadang bukittinggi disaat gerimis jelang senja - Artikel ini merupakan bagian kedua yang dibagikan sebagai 'oleh-oleh' buat pengunjung budiman. Bagian pertama telah disajikan tentang Cerita Dibalik Momen Rekreasi Guru SMPN 2 Lintau Buo.
Pada bagian kedua ini kami ketengahkan dengan judul Jam Gadang Bukittinggi Disaat Gerimis Jelang Senja.
Berkunjung ke kota Bukittinggi dengan tujuan berbelanja maupun sekadar rekreasi, tak lepas dari keberadaan Jam Gadang.
Sebenarnya sudah banyak bersebaran artikel dan berita di dunia internet yang mengulas tentang ikon kota wisata ini.
Namun kami tak mau ketinggalan untuk ikut berbagi ulasan seputar Jam Gadang. Tentunya sesuai pengamatan dan bahan referensi yang kami dapatkan. Pengamatan Jam Gadang Bukittinggi ketika gerimis melanda bumi Bukittinggi jelang senja.
Sore itu kota Bukittinggi diliputi gerimis sehingga berfoto bersama teman dari jarak jauh dengan latar jam gadang. Misalnya, dari lantai dua pertokoan Pasar Atas Bukittinggi.
Angka empat romawi
Berulangkali kali kami memandang dari jauh. Menengadah ke arah puncak menara Jam Gadang ketika berada tak jauh dari bangunan unik itu.
Beberapa referensi di internet menyebutkan bahwa Jam Gadang Bukittinggi memiliki banyak keunikan.
Salah satunya, penulisan angka pada lingkaran putaran jarum jam dengan diameter jam lebih kurang 80 centimeter. Jarum jam ini digerakkan secara mekanik oleh mesin.
Penulisan angka Romawi yang tidak lazim. Angka IV dibuat dengan menyandingkan empat buah angka satu Romawi.
Ternyata penulisan pukul empat itu adalah permintaan Raja Louis XIV, raja Inggris yang memerintah pada saat itu. Ini merupakan alasan keseimbangan dari desain jam yang dibandingkan dengan angka 8 (VIII).
Bangunan menara
Jam Gadang merupakan sebuah bangunan menara putih sebagai warna dominan. Terletak cukup strategis di pusat kota Bukittinggi.
Puncak menara berupa gonjong rumah adat sebagai ciri khas Minangkabau. Gonjong atap rumah adat terdiri empat menghadap empat sisi persegi.
Dari sejarah yang kita baca, Jam Gadang Bukittinggi selesai dibangun pada tahun 1926. Jam Gadang merupakan hadiah pemberian ratu Belanda Wihelmina kepada sekretaris controller Fort De Kock, sekarang dikenal dengan kota Bukittinggi.
Struktur bangunan Jam Gadang Bukittinggi tergolong unik. Sebuah menara besar yang berdiri setinggi 26 meter.
Terdiri dari 4 bagian atau tingkat. Lantai dasar merupakan sebuah ruangan untuk petugas. Tingkat kedua tempat bandul pemberat jam, tingkat ketiga tempat mesin jam. Sedangkan tingkat ke empat merupakan puncak menara dimana lonceng jam ditempatkan.
Struktur bangunan memang unik. Dibangun tanpa menggunakan teknik bangunan, berbeda dibanding bangunan pada umumnya.
Misalnya, tidak memakai besi penyangga dan adukan semen. Hanya menggunakan bahan yang berasal dari sekitar wilayah Kota Bukittinggi. Bahan tersebut diantaranya kapur, putih telur dan pasir putih.
Demikian bahasan seputar Jam Gadang Disaat Gerimis Jelang Senja. Sampai jumpa artikel wisata edukasi berkutnya.***