Tahi Lalat di Pipinya (2)
Tahi lalat di pipinya (2) - Tanpa menoleh perempuan di belakang setir membuka maskernya dengan santai. Kini wajah perempuan itu mulai terlihat jelas oleh pak Zulian.
Pak guru Zulian terus mengamati wajah perempuan itu dari samping. Namun ia masih belum bisa mengenal perempuan yang akan membawanya pergi.
"Bapak masih belum mengenal saya?" tanya perempuan itu seraya menoleh ke arah pak Zulian.
Kini wajah perempuan berjilbab itu terlihat jelas. Ada tahi lalat di sebelah kiri pipinya.
Ternyata benar. Perempuan di belakang setir itu memang cantik. Pak Zulian memperkirakan usianya sekitar 47 tahun.
Pak Zulian menggeleng lemah setelah mengamati wajah perempuan itu.
"Saya masih belum mengenal, Ibuk..." Pak Zulian jujur
"Baik pak, kita berangkat. Kita cari sarapan dulu biar bapak bisa mengingat saya kembali." ujar perempuan itu seraya mengubah posisi handel perseneling dan menginjak gas.
Di sebuah warung pinggir jalan mobil avanza hitam menepi dan berhenti. Setelah memesan sarapan nasi goreng, pak Zulian duduk di pojok warung sebelah kiri. Mereka duduk dengan posisi berhadapan.
"Sebenarnya, ibuk ini siapa ya?" tanya pak Zulian penasaran.
"Ternyata bapak memang sudah lupa dengan saya. Masih ingat waktu bapak mengajar di sebuah sekolah swasta di Bukittinggi, 27 tahun silam?"
Pak Zulian terkesima. Kembali ia mengamati tahi lalat di pipi kiri perempuan di hadapannya.
Tahi lalat bagus itu mengingatkan pak Zulian pada seorang muridnya semasa mengajar di kota Bukittinggi.
"Masyaallah, kamu Meliana murid saya dulu?"
Perempuan itu mengangguk. "Iya, saya Meli, murid bapak di SMA dulu..." timpal Meliana.
Sarapan nasi goreng pun datang. Pak Zulian kemudian memesan kopi hitam.
Pak Zulian merasa agak lebih santai sekarang. Usai menyantap sarapan, Pak Zulian bertanya.
"Bagaimana ceritanya kamu mengetahui keberadaan bapak dan bisa sampai ke kampung ini?"
Baca juga : Perempuan Berjilbab (1)
"Panjang ceritanya, pak..." ujar Meliana memulai bercerita.*** (Bersambung...)