Saya dan Tengku Malin Cahayo Sang Owner Pudiang Omeh TV

Saya dan tengku malin cahayo, sang owner pudiang omeh tv – Suatu malam, Senin (4/4/22), saya sempat bercengrama dengan Tengku Malin Cahayo di kedai kopi Mak Sidik di kawasan Simpang Kulit Manis Nagari Taluk, persis di depan lapangan Simpang Kulit Manis.

Tengku Malin Cahayo adalah owner Pudiang Omeh TV. Di samping itu Tengku Malin Cahayo juga sebagai sutradara sekaligus pemeran dalam drama ‘kocak’ berbahasa Minang Taluk Lintau.

Dalam cengkrama ditemani secangkir kopi, kami saling share pengalaman, meskipun media kami berbeda. Rupanya, permasalahan yang kami hadapi nyaris sama.

Masalah earnings atau pendapatan sebagai publisher iklan google Ads. 

Sebelum dikemukakan masalah earning ada baiknya direview sekilas tentang channel YouTube Pudiang Omeh TV.

Pudiang Omeh TV merupakan channel hiburan dalam bentuk drama humor berbahasa Minang Taluk Lintau yang menggabungkan seni dan budaya tradisional dan moderen.

Selain itu juga sebagai wadah pengembangan bakat dan potensi bidang seni dan hiburan.

Sampai saat ini, Pudiang Omeh TV sudah ditonton 178.907 kali. Disubscribe lebih 1.800 subscriber sejak bergabung Oktober 2020 lalu.

Belum maksimal

Pendapatan dari kerjasama dengan google ads belum maksimal. Hal itu sangat terasa oleh Tengku Malin Cahayo.

“Belum sebanding dengan biaya produksi sebuah konten. Namun saya cukup puas karena dapat berbagi dengan pemirsa tentang ide dan gagasan seni dan budaya melalui konten humor di dalam setiap konten yang kami buat,” aku owner Pudiang Omeh TV.

Saya dapat memaklumi karena Pudiang Omeh TV memiliki sebuah tim yang solid sehingga hadir sebuah konten.

Pudiang Omeh TV memiliki kameramen dan editor. Selain itu juga punya belasan pemeran pria dan wanita.

Sementara itu saya mengetengahkan perihal rendahnya CPC (Cost Per Click) iklan google.

Beruntung saya sudah 9 tahun bersama matrapendidikan.com melintas jagat maya internet.

Menurunnya earnings sudah menjadi pakaian saya selama bergelut dengan iklan google adsense.

Lagi pula biaya produksi sebuah artikel tidak mahal. Berbeda dengan produksi konten video YouTube.

“YouTube punya masa depan cerah, engku....” ujar saya kemudian. “Blog ada kaitannya dengan budaya membaca, netizen umumnya lebih suka menonton dari pada membaca,” tandas saya.

“Tapi biaya produksi konten artikel lebih murah, pak...” tukas Tengku Malin Cahayo yang baru setahun lebih bergelut dengan Pudiang Omeh TV.

“Iya, tapi saya yakin, semua akan indah pada waktunya. Yang penting kita berusaha konsisten untuk tetap menerbitkan konten, engku...”

Saya sebagai owner situs matrapendidikan.id dan Tengku Malin Cahayo sebagai owner Pudiang Omeh TV tentu akan terus berkolaborasi pemikiran dalam mengembangkan media online ini.***