Pendidikan Karakter pada Usia Remaja

Pendidikan karakter pada usia remaja - Fenomena perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh anak usia remaja menjadi perhatian banyak pihak. Karena perilaku tersebut tidak hanya merugikan dirinya sendiri bahkan melibatkan orang lain di sekitarnya.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Hal itu menjadi latar belakang tulisan Winelda Oktavianawa Anggrial melalui artikelnya dengan judul Pendidikan Karakter pada Usia Remaja.

Pendahuluan

Seringkali kita mendengar fenomena-fenomena kenakalan remaja yang marak terjadi di sekitar kita. Contohnya, anak di usia remaja sudah mengenal dan mencoba n*rk*ba, dr*gs dan free s*x.

Ada juga diantara mereka yang membunuh orangtuanya karena emosi yang tidak stabil. Banyak juga faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan tersebut diantaranya:

1. Keluarga

Mengapa demikian? Kenakalan remaja bisa saja timbul dari hal terdekat yaitu keluarga. Kurangnya kasih sayang dan perhatian pada si anak bisa juga menimbulkan kenakalan pada anak, terutama diusia remaja.

Banyak orangtua yang tidak paham dengan pergaulan/perkembangan anak diusia remaja.

Padahal diusia inilah butuhnya peran orangtua dalam mengawasi pergaulanya, karena diusia inilah kebanyakan anak remaja lebih condong dekat terhadap kawannya dibandingkan orangtuanya.

2. Sekolah

Salah satu tempat dimana anak mendapatkan pendidikan karakter, tentu saja peran seorang guru sangatlah penting.

Perlunya pendekatan seorang guru dan murid. Terutama pada saat adanya pembelajaran. Karena, dari hal tersebut seorang murid akan merasakan perhatian yang ia dapat dari gurunya.

3. Lingkungan

Salah satu tempat dimana anak bisa mengapresiasikan kebebasanya, banyak sekali anak-anak terpengaruh oleh linkunganya dan terjebak pada kenakalan-kenakaln remaja.

Definisi Karakter

Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi suatu pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.

Sedangkan menurut Doni Kusuma A (2007) Memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga, masa kecil, dan juga bawaan dari lahir.

Strategi Mengembangkan Pendidikan Karakter Pada Remaja

Sebagai seorang pendidik inilah strategi mengembangkan pendidikan karakter pada usia remaja: 

a).Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid.

b).Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar anak bisa belajar dengan efektif dan membangun hubungan yang supportive dengan penuh perhatian.

c).Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing, loving dan acting the god.

d).Guru sebagai contoh yang baik bagi muridnya.

Selain itu pendidikan karakter atau akhlak bisa dilakukan dengan : 

1.Muhasabah

Selalu mengingat perbuatan yang telah terjadi. Baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk.

2. Iqab

Memberikan hukuman kepada anak, jika perbuatanya telah melanggar.

3.Mu’abadah

Perjanjian agar tidak mengulangi perbuatanya.

4. Mujahadah

Berusaha untuk melakukan perbuatan baik, sehingga mampu mendekatkan diri kepada Allah.

Pendidikan karakter yang utama dan pertama adalah keluarga, karena keluarga merupakan tempat yang pertama dijumpai oleh anak.

Ada 10 cara yang dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan karakter yang baik pada anak, diantaranya :

1.Menampilkan/menunjukan orangtua sebagai agenda utama

Ayahku dan ibu yang baik akan sadar dalam memberikan waktunya untuk menghabiskan waktunya bersama anak. Hal ini dapat membentuk karakter yang baik.

2.Mengevaluasi cara orangtua dalam meluangkan waktu untuk bersama anak.

3.Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik bagi anak.

4.Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang mereka serap/alami. Orangtua harus menjadi pengamat yang baikuntuk mengoreksi berbagai pesan yang diperoleh dari media yang digunakan.

5.Menggunakan bahasa karakter. Anak akan mengembangkan karakternya, jika orangtua menggunakan bahasa yang jelas.

6.Memberikan hukuman dengan kasih sayang. Berikan hukuman yang mendidik pada anak. Apabila melanggar rambu-rambu moral/karakter.

7.Belajar untuk mendengarkan anak, Dengarkan apapun keluh kesah anak. Buat dia merasa bahwa apapun yang ia katakana itu penting.

8.Terlibat di kehidupan sekolah anak. Selama di sekolah, anak tidak hanya mengalami hal-hal yang menyenangkan tapi juga mengalami hal-hal yang memubuat sedih dan kecewa.

Sebagai orangtua harus membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya.

9.Tidak mendidik karakter dengan kata-kata saja. Berikan edukasi yang hangat untuk anak. Seperti, berlibur bersama, main bersama dan makan bersama.

10.Menjadi teladan yang baik. Orangtua harus berupaya menjadi contoh yang baik untuk anaknya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

1.Faktor Insting (naluri)

Insting merupakan karunia yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya sejak lahir. Insting juga merupakan motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

2.Faktor adat/kebiasaan

Terbentuknya kebiasaan akan menjadi kecendrungan yang diiringi perbuatan.

3.Faktor Keturunan

Dalam ilmu pendidikan, Schopenhaur mengatakan bahwa seseorang dipengaruhi oleh bakat yang dibawa sejak lahir.

Menurut John Locke bahwa perkembangan jiwa seseorang mutlak di tentukan oleh pendidikan dan lingkungan.

4.Faktor Lingkungan

a.Lingkungan Alam

Merupakan faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tingkah laku seseorang.

b.Lingkungan Pergaulan

Manusia adalah makhluk sosial, oleh karena itu dengan siapa ia bergaul akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang.

Setelah memperoleh pemahaman dan pengetahuan mengenai pendidikan karakter pada remaja, diharapkan dapat merubah dan memperbaiki karaker pada remaja agar bisa mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter dan bisa membawa perubahan menuju Indonesia yang berkemajuan.***

Refrensi :

http://www.academia.edu/Upaya_mengembangkan_Karakter_Remaja_Melalui_Pendidikan_Karakter

Penulis : Winelda Oktavianawa Anggrial (Mahasiswa Semester 6 Prodi PAI,  STITMA Yogyakarta)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel