Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Ekstinsik dalam Belajar
Pengaruh motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar -Motivasi memegang peranan penting dalam beraktivitas, di mana dalam belajar pun motivasi sangat penting untuk keberlangsungan pendidikan.
Banyaknya peserta didik yang lemah dalam belajar karena minimnya memiliki motivasi dalam belajar merupakan salah satu problematika yang dialami oleh pendidik dan peserta didik di dalam kegiatan belajar mengajar ini menjadi alasan utama di dalam penulisan judul ini.
Tentu di antara kita memiliki motivasi masing-masing untuk mencapai cita cita atau dalam menjalani kehidupan selama ini, motivasi sering memberikan dampak yang positif dan semangat yang lebih besar.
Motivasi ini juga sering sekali mewarnai penelitian-penelitian berbagai bidang. Termasuk penelitian bidang pendidikan, sering dijumpai artikel-artikel jurnal atau skripsi, bahkan tesis dan disertasi tentang pengaruh motivasi siswa terhadap pembelajarannya.
Definisi motivasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005:27), motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.
Menurut Hasibuan (2017:141) mengatakan bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan kecenderungan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan tindakan yang menyebabkan seseorang atau kelompok sebagai pendorong melakukan sesuatu dengan mencapai hasil yang optimal.
Self-determination theory
Manusia memiliki kebutuhan untuk merasa kompeten, dan juga perasaan otonomi terhadap pilihan-pilihan yang mereka ambil.
Dengan kata lain, manusia memiliki kebutuhan akan determinasi diri (needs for self- determination).
Seperti contoh ketika kita berpikir, “Aku ingin melakukan ini” , dan aku bebas untuk memilih sesuai dengan pilihanku , maka kita memiliki rasa determinasi diri yang tinggi, sedangkan “aku seharusnya melakukan ini”, dan diminta oleh orang lain untuk melakukannya, maka kita tidak mempunyai determinasi diri. (d’Aillyn, deCharms, Reeve, Ryan, & Deci dalam Ormrod, 2008).
Teori determinasi diri ini untuk bisa mendapatkan puncak performa dan pengalaman terbaik dalam melakukan sesuatu, seseorang harus mempunyai motivasi yang berkualitas tinggi.
Deci dan Ryan (2000) melalui teorinya Self-Determination Theory, membedakan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sebagai pengelompokkan utama motivasi.
Self-Determination Theory atau sering disingkat dengan SDT, memandang motivasi intrinsik tidak hanya sebagai bentuk dari motivasi, namun juga merupakan kecenderungan alami yang ada pada manusia.
Jenis-jenis motivasi
Secara umum, dalam hubungannya dengan belajar, para ahli sepakat mengklasifikasikan motivasi ke dalam dua jenis menurut timbulnya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Seperti yang dikatakan oleh Suhardi (2013:178-179). Bahwa motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1.Motivasi Intrinsik
Menurut Husaini Usman (2009:249) mendefinisikan “motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri”.
Suwatno (2011:175) menyatakan “motivasi intrinsik adalah motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”.
Motivasi intrinsik ini bersifat autotelic, dari kata auto (sendiri) dan telos (tujuan).
Jadi suatu aktivitas atau seseorang itu bersifat autotelic kalau dia sendirinya merupakan tujuan.
Autotelic itu kalau kamu senang belajar karena demi belajar semata karena seru, atau menggambar, berenang dan apapun itu.
Menurut herberg dalam Rosidah (2009: p.241), mengatakan bahwa terdapat kelompok faktor kondisi intrinsik yang meliputi: pencapaian prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan peserta didik itu sendiri, kemungkinan berkembang.
Ketiadaan kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi yang tidak puas, akan tetapi kalau kondisi demikian ada merupakan motivasi yang kuat yang akan menghasilkan prestasi yang baik.
Ada tiga unsur yang mendorong terbentuknya motivasi dari dalam diri:
-Otonomi
Otonomi adalah pengalaman bahwa kita ingin merasa memiliki kuasa untuk mengubah nasib kita sendiri dan bahwa kita punya semacam kendali dalam hidup. Kita mengontrol apa yang kita perbuat dan bukan karena terpaksa.
-Kompetensi
Motivasi intrinsik ini akan meningkat ketika kamu memiliki kompetensi atau ahli dalam melakukan sesuatu.
-Keterkaitan
Sebenarnya motivasi intrinsik ini tidak harus ada unsur sosial. Unsur sosial bukan bukan termasuk syarat mutlak tetapi jika ada unsur sosialnya, maka itu akan memperkuat motivasi intrinsik.
2.Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi instrinsik karena dalam motivasi ini keinginan peserta didik untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau rangsangan dari luar.
Menurut Gunarsa, (2008:51) yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran atau dorongan dari orang lain.
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah.
Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergantung dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam.
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang.
f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
Pengaruh motivasi intrinsik dan ekstrinsik dalam belajar
Banyak orang yang menganggap jika motivasi intrinsik adalah jenis motivasi yang paling baik.
Padahal, motivasi intrinsik dan ekstrinsik sama-sama baik dan penting.
Keduanya bisa digunakan dalam situasi dan kegiatan yang berbeda, serta memberikan efek yang juga berbeda pada perilaku manusia.
Jika kedua motivasi ini dikombinasikan, maka kamu akan lebih bersemangat ketika melakukan dan menyelesaikan tugas yang menurutmu menarik, apalagi jika disertai dengan hadiah atau apresiasi yang bisa kamu dapatkan setelahnya.
Walaupun motivasi intrinsik bisa memicu orang melakukan yang terbaik karena memang keinginan yang ada berasal dari dalam diri, namun tidak semua aktivitas bisa dilakukan dengan motivasi ini.
Inilah mengapa motivasi ekstrinsik tetap diperlukan.
Motivasi ekstrinsik bisa digunakan agar seseorang terpacu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang menurutnya tidak menyenangkan, tetapi harus didilakukan.
Ini juga bisa menumbuhkan minat orang lain pada aktivitas yang awalnya tidak diminati dan bentuk penghargaan atas kinerja orang lain.
Meski begitu, motivasi ekstrinsik yang berlebihan diketahui bisa mengurangi motivasi instrinsik.
Contohnya seseorang yang awalnya melakukan belajar karena tertarik dan menyenangkan, tapi karna selalu diberikan hadiah, maka bisa jadi, ketertarikan tersebut justru berkurang dan akhirnya hanya fokus pada hadiah.
Maka dari itu, motivasi ekstrinsik yang berlebihan juga seringkali membuat kegiatan yang ditujukan untuk bermain berubah menjadi kerja.*** (Penulis : Fauziyah E. Jaudi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani)