Mengulik Kesehatan Mental Anak Akibat Bullying
Mengulik kesehatan mental anak akibat bullying - Di Indonesia berbagai kasus bullying sudah tidak asing terdengar di telinga para pengamat media massa. News anchor membacakan melalui media elektronik televisi, penyiar menjelaskan melalui media elektronik radio, dan para wartawan menuliskan di berbagai surat kabar.
Seringkali hukum dan pemerintah kurang cepat dan cermat dalam menangani kasus bullying di Indonesia. Akhirnya pelaku dan korban bullying terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Semakin banyak yang jahat, semakin banyak pula yang tertindas. Bullying itu sendiri adalah tindakan mengintimidasi seseorang melalui sikap, tindakan, dan perkataan.
Jadi, bullying tidak terbatas pada penyiksaan secara fisik, tetapi juga psikis. Mengucilkan dan menggosipkan seseorang juga termasuk tindakan bullying.
Tindakan bullying tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau menendang.
Bullying juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik, seperti mengejek, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina, atau bisa juga menyebarkan gosip tentang korban atau mempermalukannya di depan banyak orang.
Bullying akan membuat anak merasa tidak nyaman. Bahkan, bullying bisa mempengaruhi kesehatan mental anak. Anak yang menjadi korban bullying rentan mengalami masalah pada kesehatan fisik maupun mental.
Berikut pengaruh bullying terhadap kesehatan mental;
1.Depresi dan kecemasan
Korban bullying akan merasa terus tertekan hingga mengakibatkan gangguan psikosomatis.
Anak yang menjadi korban bullying sering mengalami gejala psikosomatis akibat cemas. Contohnya merasa sakit perut dan pusing saat hendak ke sekolah padahal kondisi fisiknya tidak bermasalah.
2.Gangguan tidur
Perilaku bullying juga mempengaruhi pola tidur anak yang menjadi korban bullying. Mereka akan sulit tidur dan tidur tidak nyenyak. Mereka akan sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk.
3.Mengalami penurunan nafsu makan
Selain mengalami gangguan tidur, korban bullying dapat mengalami penurunan nafsu makan.
Akibat rasa cemas dan ketakutan yang dialaminya setiap hari, anak tidak berselera dan malas untuk makan.
Apabila hal ini terjadi terus-menerus, anak dapat mengalami masalah kesehatan karena kurang asupan gizi.
4.Mengalami penurunan prestasi akademis
Anak yang mengalami perilaku bullying akan sulit berkonsentrasi di sekolah sehingga dia tidak dapat menyerap pelajaran dengan baik.
Hal ini akan mengakibatkan prestasi akademiknya akan semakin menurun. Korban bullying juga cenderung sering membolos karena takut bertemu dengan yang membully-nya.
5.Muncul perasaan rendah diri
Salah satu pengaruh bullying terhadap kesehatan mental ialah anak akan menjadi rendah diri dan merasa dirinya tidak berharga.
Tentunya, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan sosial emosional remaja hingga dewasa kelak.
6.Tidak bisa bersosialisasi
Anak yang mengalami bullying akan tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak sepadan dengan teman-temannya.
Perasaan rendah diri bisa terbawa hingga dewasa dan dia akan kehilangan kemampuan untuk berteman.
7.Mengisolasi diri
Korban bullying akan menarik diri dari segala kehidupan sosial dan memilih untuk hidup sendiri.
Mereka tidak mau menjalin pertemanan dengan orang lain karena takut mengalami bullying.
8.Memiliki keinginan bunuh diri
Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental anak tidak boleh disepelekan. Remaja yang mengalami bullying bisa mengalami depresi yang tak berujung hingga memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.
Anak bisa merasa minder dan tidak berharga sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Itulah pengaruh bullying terhadap kesehatan mental anak. Berbicara kesehatan mental terkadang sebagian orang tua tidak memahaminya. Padahal, kesehatan mental anak yang mengalami bullying sangat perlu diperhatikan.
Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas bahwa dampak dari berbagai bentuk bullying pada kesehatan mental anak yaitu; mengakibatkan cemas, sulit tidur nyenyak, mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan prestasi akademis, muncul perasaan rendah diri, tidak bisa bersosialisasi, mengisolasi diri, dan memiliki keinginan untuk bunuh diri.***(Penulis : Hanifah Binti Dedi Setiawan)
Referensi
Dafiq, N, Dewi, F, Sema, N, & Salam, S (2020). Upaya Edukasi Pencegahan Bullying pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Manggarai NTT. Jurnal Pengabdian Masyarakat, Vol.3 (3), 124
Darma, S. (2021). Dampak Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Anak. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol 11 (2), 235
Prasetyo, E. (2011). Bullying di Sekolah dan Dampaknya bagi Masa Depan Anak. Jurnal Pendidikan Islam, Vol.04 (1), 19
Shidiqi, F & Suprapti, V. (2013). Pemaknaan Bullying pada Remaja Penindas (The Bully). Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 2 (2), 93
Sulistudatin, N. (2015). Kasus Bullying dalam Kalangan Pelajar (Siatu Tinjauan Kriminologi). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, vol 2 (2), 57