Penyebab Pedofilia yang Perlu Diwaspadai dan Penanganannya
Penyebab pedofilia yang perlu diwaspadai dan penanganannya - Salah satu penyimpangan seksual yang mungkin paling sering kita dengar adalah pedofilia. Sebelum adanya pandemi Covid-19, Prancis sebenarnya sedang dihebohkan oleh praktik pedofilia di kalangan intelektual budaya.
Adalah Gabrielle Matzneff, penulis terkenal yang telah mendapatkan sejumlah penghargaan, dua diantaranya bahkan dari Academie française, sedang diselidiki untuk kasus-kasus pedofilia.
Dikutip dari jurnal Penyimpangan seksual jenis, penyebab dan penanganannya, Istilah pedofilia diambil dari bahasa Yunani kuno, dari kata pedos berarti anak, dan philia berarti hasrat, ketertarikan, atau cinta.
Tampaknya lebih tepat mengartikan pedofilia sebagai hasrat/ketertarikan, bukan cinta, terhadap anak-anak, mengingat perbuatan pedofil sama sekali tidak mencerminkan cinta.
Pedophilia, yaitu gangguan pada individu yang memiliki dorongan dan fantasi seksual serta melakukan tindakan seksual terhadap anak-anak pra remaja (umumnya berusia 13 tahun ke bawah).
Penyebab terjadi pedofilia
Dari sudut psikologi, pengalaman masa kanak-kanak sebagai korban pedofilia ditengarai sebagai penyebab utama seseorang menjadi pedofil.
Mekanismenya bisa dalam dua cara. Pertama, mereka belajar dengan melihat si pelaku (observational learning) bahwa kepuasan seksual dapat diperoleh dari anak-anak.
Kedua, bisa jadi pula mereka rendah diri menyadari dirinya adalah korban pedofilia. Akibatnya mereka cenderung menutup diri dan pergaulan pun jadi terbatas.
Terkait dengan hal ini, kurangnya keterampilan untuk membina hubungan akrab dengan orang lain juga menjadi salah satu penyebab pedofilia.
Mereka tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang dewasa yang sebaya. Dalam kondisi ini, tidak ada yang lebih nyaman selain berinteraksi dengan anak-anak, yang mudah didekati tanpa melakukan perlawanan sebagaimana dahulu yang terjadi pada mereka.
Harga diri yang rendah juga menjadi faktor penyebab. Mereka merasa tidak memiliki kelebihan, atau merasa gagal dibandingkan pasangan atau teman-temannya.
Menguasai anak, mengancam, dan memanipulasinya, merupakan suntikan bagi harga diri para pedofil. Orang yang merasa rendah diri juga mudah mengalami depresi dan kecemasan.
Dalam kondisi ini, melakukan pelecehan seksual terhadap anak dijadikan cara melepaskan ketegangan.
Penanganan pedofilia
Mengingat dampak yang begitu panjang dan beruntun, pedofil perlu ditangani.
Beberapa penangan untuk Pedofilia;
1.Hukuman penjara perlu dipadukan dengan penanganan medis dan psikologis. Menurunkan level testosteron dan memberikan lutenizing hormone-releasing hormone (LHRH) adalah penanganan medis yang sering dilakukan untuk menurunkan dorongan seks dan ereksi.
Tetapi dua terapi ini tidak mengurangi ketertarikan pedofil terhadap anak.
2.Penanganan psikologis dapat dilakukan dengan meminta pedofil berfantasi tentang anak lalu memberikannya obat yang menimbulkan rasa mual pada saat itu juga.
Lama-kelamaan pelaku akan menganggap hasrat seksual terhadap anak itu tidak menyenangkan.
Pedofil juga dapat diterapi dengan mengubah pola pikirnya. Mereka diminta berfantasi seksual tentang anak namun mengubah akhir cerita sekreatif mungkin asalkan bukan lagi berhubungan seksual dengan anak.
3.Mereka juga dapat dilatih mengembangkan empati dengan memikirkan dampak perbuatannya baik pada anak, dirinya, maupun keluarga.
Saat dorongan itu muncul, mereka bisa melakukan yang namanya self-talk atau bicara pada diri sendiri untuk menahan diri agar tidak melakukan tindakan tersebut.
Mereka juga dapat dilatih teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat ketegangan saat hasrat mereka terhadap anak muncul.
4.Pedofil juga perlu dibantu untuk menentang pemikiran mereka yang tidak masuk akal seperti menyalahkan anak yang dianggapnya sengaja menggoda dan membenarkan tindakan mereka sebagai cara mendidik anak tentang seks. Pedofil juga perlu dibantu untuk menemukan akar masalahnya.
Namun baik pedofil maupun laki-laki normal ternyata sama-sama meningkat gairahnya saat ditayangkan adegan seksual yang melibatkan anak-anak.
Laki-laki normal juga dapat berfantasi seksual mengenai anak dan gairahnya meningkat saat berfantasi.
Dengan perkataan lain, kebanyakan pria dapat berhasrat seksual terhadap anak-anak, namun tidak semua melakukan tindak pedofilia.
Jadi tampaknya ada persoalan kontrol diri dalam masalah pedofilia.
Bahwa ada orang yang dapat mengontrol impuls seksualnya terhadap anak memberi warna dalam penanganan pedofilia.
Perlu diakui bahwa tingkat keberhasilan penanganan pedofilia sangat kecil. Namun bukan berarti tidak mungkin.
Adanya pedofil yang dapat mengatasi gangguan mereka memberi harapan bahwa gangguan ini dapat disembuhkan.
Hanya saja dibutuhkan evaluasi terhadap berbagai terapi yang sudah dijalankan agar efektivitas penanganan dapat ditingkatkan.*** (Penulis : Amalia Sabila)
Sumber: 2020, Penyimpangan Seksual Jenis, Penyebab, dan Penanganan. https://www.researchgate.net/publication/34146391
3 Oktober 2022. Diakses pukul 20.25