Pendidikan Karakter Sebagai Pondasi di Era Globalisasi
Pendidikan karakter sebagai pondasi di era globalisasi - Kepribadian seseorang ditentukan oleh karakter dan perilakunya seiring dengan berjalannya berjalannya proses dewasa. Perilaku yang terus-menerus dilakukan akan menjadi bagian dari kepribadian seseorang.
Proses pendewasaan ini memerlukan pembiasaan yang diikuti dengan pemikiran logis. Dampaknya setiap manusia mengalami degradasi yang berbeda-beda dari masa ke masa.
Hal ini merupakan tantangan berat dalam persoalan nilai moral, budaya, dan keagamaan. Dikarenakan karakter merupakan sifat yang telah menyatu dalam pikiran dan perasaan seseorang maka diperlukan berbagai upaya untuk mengarahkan manusia memiliki karakter yang baik.
Adanya pendidikan karakter menjadi salah satu upaya dalam menanamkan nilai-nilai yang mendasar dalam diri individu dengan jalan pendidikan, berdasarkan pengalaman, pembiasaan, peraturan, lingkungan pendukung dan pengorbanan menyesuaikan dengan nilai-nilai dalam diri individu sebagai sebuah pondasi dalam bersikap, berpikir, dan berperilaku baik dalam keadaan sadar dan secara bebas.
Era globalisasi merupakan era yang harus dilewati dan dirasakan oleh seluruh kalangan termasuk generasi muda.
Memasuki era ini terdapat dampak negatif dan positif, dan dampak negatif ini harus memiliki filter yang kuat untuk mempertahankan akhlak dan karakter pada setiap generasi muda.
Globalisasi adalah suatu keniscayaan dan kecenderungan yang tidak dapat dipungkiri kehadirannya bagi bangsa-bangsa di dunia.
Dalam kondisi keterdesakan di tengah arus perkembangan zaman, peran bangsa sepertinya semakin pudar dalam mengkotak-kotakkan manusia ke dalam wadah-wadah etnis dan nasionalisme tertentu.
Negara maju telah menetapkan pendidikan sebagai pondasi yang kokoh suatu bangsa, sehingga pendidikan memiliki arti penting dalam mendukung kemajuan dan terbentuk peradaban yang lebih baik.
Makna pendidikan tidak semata-mata hanya transfer of knowledge saja, namun juga berfungsi dalam mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik dan lebih sopan.
Saat ini sudah banyak kasus kriminal terjadi pada lingkup pelajar, mulai dari kasus narkoba, pembunuhan, minuman keras, tawuran belajar, bahkan hamil di luar nikah. Berbagai masalah yang muncul tersebut menunjukkan pentingnya pendidikan karakter di era global ini untuk dilakukan.
Adanya pendidikan karakter sebagai solusi alternatif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan degradasi moral yang muncul utamanya pada generasi muda.
Pendidikan karakter tidak hanya memberikan penjelasan mengenai hal baik dan buruk namun juga memberikan implementasi nilai dasar karakter dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan ada kebiasaan yang membentuk karakter sendiri.
Situasi saat inilah yang menuntut perlunya transformasi pendidikan karakter sejak dini, yakni sejak pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi secara holistik dan berkesinambungan.
Pendidikan karakter merupakan sebuah pondasi bangsa untuk menjadi lebih baik. Dikatakan demikian karena semua hal baik dan buruk yang terjadi di bangsa ini tergantung bagaimana pemimpin dan masyarakatnya bersikap.
Semenjak penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain berakhir di negeri ini artinya ada babak baru yang harus dimulai dan dipersiapkan oleh bangsa Indonesia.
Meskipun penjajahan sudah berakhir ternyata hingga saat ini payung-payung keadilan belum ditegakkan sepenuhnya.
Tentu hal ini menjadi sebuah ironi di negara yang telah mendapatkan kemerdekaannya.
Penjajahan masih terjadi di negeri ini oleh masyarakat lokalnya sendiri. Faktanya penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri lebih berbahaya dibandingkan penjajahan oleh bangsa lain.
Akibatnya sendi-sendi keadilan berbangsa dan bernegara dirongrong oleh penjajahan dalam negeri, selain itu terjadi kelemahan sistem kenegaraan, turunnya tingkat kualitas hidup, dan ujungnya masyarakat menjadi budak di negeri sendiri.
Di era globalisasi ini nampak jelas bahwa yang miskin semakin miskin karena digusur oleh pembangunan yang seharusnya untuk mensejahterakan orang miskin.
Pendirian berbagai produk makanan berbau asing di negeri ini terus bermunculan dan menyebabkan terpinggirkannya pasar tradisional dan produk lokal.
Budaya asing hampir mendarah daging di bangsa ini, budaya dalam negeri terus direcoki dan mengakibatkan terjadi kelunturan karakter akibat sistem kapitalisme.
Masyarakat yang bisa dimasuki dan diracuni budaya asing sehingga melupakan budaya lokal merupakan masyarakat yang sudah di jajah oleh era globalisasi.
Para generasi muda harus tanggap dan menjadi garda terdepan sehingga nilai-nilai Pancasila bisa dimaknai dengan maksimal.
Sebenarnya pangkal dari permasalahan ini adalah hilangnya rasa humanisme dan terkikisnya karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Apabila pemimpin yang merupakan pemegang kewenangan di negeri ini dapat melakukan tugas dan wewenangnya sesuai dengan hati nurani dan menggunakan nilai-nilai moral kehidupan maka tidak akan terjadi penyelewengan berbagai kebijakan yang merugikan masyarakat.
Keberadaan pendidikan karakter dan sikap tegas seorang pemimpin dan pemangku kebijakan dalam mengatakan tidak atas segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan sangat perlu dilakukan. Sehingga hal-hal yang bersifat penyelewengan dan penyalahgunaan mampu dihindari.
Fenomena ini sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua sebagai bangsa Indonesia. Nilai humanisme dan perbaikan pendidikan berkarakter harus dipupuk kembali.
Generasi muda sebagai penerus bangsa masih memiliki kesempatan untuk memiliki karakter yang bersih dan mulia. Karena sebuah bangsa dapat terbangun atau tidak tergantung bagaimana bangsa itu sendiri bersikap.
Apabila bangsa tersebut menerapkan pendidikan karakter sejak dini maka akan terbangun bangsa yang berkarakter sehingga pondasi negara ini menjadi kuat karena generasinya berwawasan luas melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Modernisasi sebagai bentuk perubahan sosial merupakan konsekuensi logis dari kondisi dunia yang semakin mengglobal.
Globalisasi merupakan konsep yang banyak digunakan untuk merespon kondisi dunia yang tanpa batas atau sekat.
Salah satu realitas yang harus selalu dikritisi untuk menyikapi globalisasi adalah bahwa globalisasi dengan modernisasi ternyata telah menggerus bahkan telah mematikan nilai-nilai kearifan lokal suatu daerah.
Melalui proses globalisasi telah sedikit demi sedikit mengubah perspektif, gaya hidup, dan perilaku individu, dan disadari atau tidak, globalisasi telah mengikis nilai-nilai humanisme, ikatan, dan hubungan sosial.
Oleh karena itu pembentukan karakter dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, serta melibatkan aspek: knowledge, feeling, loving, dan acting.
Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat.
Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia pra-sekolah merupakan masa persiapan untuk sekolah yang sesungguhnya, maka penanaman karakter yang baik perlu dimulai sejak anak usia dini/prasekolah. ***(Oleh : Erma Kusuma Wardani (mahasiswa D3 Perpustakaan UNS).