6 Jam Terjebak Macet di Jalan Raya Koto Alam Kab. 50 Kota
6 Jam terjebak macet di jalan raya koto alam 50 kota – Terjebak diantara kemacetan lalu lintas dalam perjalanan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Apalagi bagi orang yang harus sampai di tujuan pada hari atau jam yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ya, jalan macet, apalagi sempat terjebak sampai berjam-jam membuat hati kesal dan pikiran kacau.
Akan tetapi apa hendak dikata. Kemacetan lalu lintas di jalan raya sudah menjadi hal lumrah dialami orang. Tidak hanya di kota yang ramai, di darah jauh dari keramaian pun sering terjadi kemacetan.
Kemacetan juga dialami rombongan guru dan pegawai SMPN 2 Lintau Buo Arus lalu lintas Koto Alam ke Payakumbuh macet total, dini hari itu. Cerita awalnya begini...
***
Menjelang senja, kami sudah meninggalkan destinasi wisata sejarah, Istana Kesultanan Siak.
Rasa lapar mulai menyerang dan kami memilih tempat makan di RM Ampera Lintau di Jl. Hang Tuah Siak Sri Indrapura.
Tidak hanya sekadar makan enak dan murah di rumah makan milik Ibuk Ita tersebut. Keakraban pun terjalin karena antara pengunjung dan pemilik rumah makan sama-sama berasal dari Lintau.
Baru sekali berjumpa langsung akrab bercerita dan bercanda. Apalagi antara Uda Edy dan Ibuk Ita yang disulut oleh gurauan ibuk-ibuk anggota rombongan.
Tak disangka, sudah cukup lama di RM Ampera Lintau. Mentari sudah tidak terlihat lagi saat rombongan kami berangkat pulang menuju ke Lintau.
***
Rasa lelah dan ngantuk sudah menggerogoti kami. Kecuali sopir, Pak Boy atau dipanggil mas Boy oleh Wirda Nengsih, tidak boleh capek apalagi ngantuk!
Sebagian kami sudah mulai tertidur seiring semakin larut malam.
Mas Ropi’u segera bernyanyi karaoke menghibur penumpang yang belum tidur.
Sementara itu Isral 'awak dadakan' bus pariwisata, sengaja duduk dekat sopir mas Boy. Sekadar menemani ngobrol agar mas Boy tidak ngantuk dalam menyetir bus.
Uda Edy, yang sebelumnya sempat tidur di bangku paling belakang akhirnya terbangun kembali. Pindah ke tempat duduk di belakang mas Ropi’u untuk meneruskan karaoke.
Setelah membawakan beberapa buah lagu, iseng Uda Edy menawarkan karaoke duet dengan Wirda Nengsih. Ia ternyata sudah pindah duduk dan tertidur di bangku paling belakang.
Waduh, ternyata ia mau dan menyambut mike yang disodorkan padanya. Padahal di wajahnya terlihat lelah dan keadaan mengantuk berat.
Beberapa buah lagu kami bawakan meskipun dengan suara yang serak. Akhirnya capek dan berhenti berkaraoke.
Uda Edy tertidur. Namun sudah terbangun kembali manakala menyadari bus yang ditumpangi sudah berhenti. Saat itu pukul 02.00 Wib.
What happen?
Di belakang maupun depan bus nampak deretan kendaraan berhenti. Sementara jalur kanan terlihat sepi, tidak ada kendaraan yang lewat.
Tak ada satu pun diantara deretan kendaraan itu yang menyalakan lampu dan mesin kendaraan kecuali bus yang kami tumpangi. Mesin bus dan lampu di dalam bus tetap menyala.
Di sebelah kiri dibatasi tebing yang tinggi dan semak. Di sisi kanan terdapat jurang namun memiliki pembatas jalan.
Sudah dapat dibayangkan penumpang yang ingin buang air kecil, harus berpandai-pandai.
Hari sudah mulai terang. Namun sampai pukul 7.00 Wib, kami masih belum bisa berangkat. Sementara di jalur kanan jalan sudah terlihat arus lalu lintas menuju Pekanbaru.
Uncle Subir ternyata hebat juga. Ia berjalan dan mencari warung terdekat dan kembalinya membawa kopi panas dengan botol bekas minuman.
Yang kecanduan ngopi sudah bisa menikmati kopi hangat di pagi itu.
Sekitar pukul 8.00 Wib, bus yang kami tumpangi mulai bergerak. Namun belum terlepas dari kemacetan akibat kendaraan saling ingin mendahului.
Tak disangka, kami terjebak macet selama 6 jam lebih di jalan raya Koto Alam dan Payakumbuh.***