Panggilan dari Sekolah
Panggilan dari sekolah – Pak Wirman memarkir motor tunggangannya di parkir halaman gedung sekolah. Salah satu sekolah menengah atas program unggulan di ibu kota kabupaten yang menjadi tempat putra bungsunya belajar saat ini.
Motor bebek keluaran 90-an itu memang terlihat lain saat berada di sela-sela deretan motor matic bagus dan kekinian.
Sementara itu pak Wirman terlihat sedang membuka helm pelindung dan menaruh di kaca spion kanan motor tua miliknya.
Jaket usang yang melindungi tubuh pak Wirman ditaruhnya di atas batok panel depan.
Pak Wirman setengah menengadah ke arah lantai dua. Kalau-kalau putranya melihat kehadiran dirinya di balik kaca jendela kelas.
Pekarangan sekolah terlihat sepi dari siswa pertanda mereka sedang belajar di ruang kelas.
Area parkir kendaraan terlihat penuh oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Namun kendaraan terparkir dengan rapi di bawah pohon pelindung.
Sejenak pria paruh baya itu menghela napas. Lalu istirahat di bawah pohon pelindung. Ia merasakan badannya agak pegal.
Mungkin karena terlalu lama duduk mengendarai kuda besi tua yang membawanya sampai di sekolah tempat anaknya belajar.
Sebenarnya jarak antara tempat tinggal dan sekolah anaknya tidak terlalu jauh.
Namun motor bebek yang dikendarainya tidak mungkin dipacu seperti kebanyakan anak muda sekarang mengendarai motor matic.
Selain itu ruas jalan yang menghubungkan desa tempat tinggal dengan ibu kota kabupaten sudah banyak yang rusak.
Pak Wirman memilih untuk pelan-pelan saja mengendarai motor ketimbang mendengar suara berisik dari kendaraannya.
Yang penting baginya motor kesayangannya bisa mengantarkannya memenuhi panggilan dari pihak sekolah.
Pak Wirman tersentak mana kala ia ingat kedatangannya ke sekolah berkaitan dengan prestasi belajar anaknya.
Rasa capek hilang seketika dari tubuhnya. Panggilan sekolah kali ini karena putranya lolos lagi ke tingkat provinsi dalam olimpiade sains nasional!
Bukan sekali dua kali ia datang ke sekolah tempat putra bungsunya belajar. Semuanya karena panggilan baik. Bukan karena anak memiliki masalah perilaku atau bermasalah dengan nilai akademik....
“Pak, mari langsung masuk ke ruang kepala sekolah. Acara akan dimulai....”
Sebuah suara membuyarkan lamunan pak Wirman. Pak guru Alfi sudah berdiri di hadapanya.
“Oh, iya pak Alfi...” sahut pak Wirman bangkit dari duduknya.
Ia sudah familiar dengan pak Alfi dan semua guru di sekolah itu. Wajar saja karena sudah empat orang putra dan putri pak Wirman bersekolah disini.
Sepuluh orangtua murid yang mendapat panggilan sekolah sudah berkumpul di ruang kepala sekolah.
“Terima kasih kepada bapak dan ibuk yang sudah memenuhi panggilan kami.” Ujar kepala sekolah.
Kepala sekolah memberitahu kalau 10 orang siswa di sekolah itu lolos ke OSN-Provinsi. Panggilan buat orangtua bertujuan untuk mempersiapkan anak mengikuti olimpiade provinsi pada bulan mendatang.
Persiapan itu menyangkut pelatihan dan pembekalan peserta OSN-P. Sudah pasti melibatkan partisipasi orangtua untuk menunjang kelancaran pelatihan itu.
Bagi pak Wirman, tak kayu jenjang dikeping. Ia setuju dengan cara sekolah memajukan pendidikan yang melibatkan orangtua.***