Semoga Kesulitan Ini Akan Segera Berakhir
Semoga kesulitan ini akan segera berakhir - Kesulitan hidup semakin dirasakan akhir-akhir oleh banyak orang. Tidak terkecuali dengan pak Bondan, seorang guru ASN di salah satu SMP di tanah air.
Ia benar-benar merasakan kesulitan sebagai seorang ayah yang berprofesi sebagai guru. Kesulitan dalam ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup satu orang istri dan lima orang anak.
Harga barang, biaya dan tarif semakin menanjak. Belum lagi kesulitan membayar segala sumbangan yang diminta oleh sekolah.
Pemerintah telah menaikkan gaji maupun tunjangan. Namun semua itu belum sebanding, masih besar pengeluaran dari pemasukan. Besar pasak daripada tiang!
Pak Bondan berdiri dan menoleh ke luar jendela. Lalu menghela napas. Terlihat berat sekali. Seakan-akan napasnya sesak memikirkan rumitnya ekonomi dan kehidupannya.
Gaji yang seharusnya diterima tiap bulan sudah ludes dipotong oleh pembayaran hutang di bank, koperasi dan potongan lainnya.
Satu-satunya andalan terakhir bagi pak Bondan adalah tunjangan perbaikan penghasilan. Tapi sayang sekali tunjangan tersebut kadangkala sering terlambat.
Kalaupun sudah dibayarkan, itupun kadang-kadang ada pemotongan oleh pihak yang berkompeten di daerah dengan berbagai alasan. Memang cerdas kelihatannya dalih yang diberikan.
Kembali pak Bondan duduk di kursi meja kerjanya di rumah. Hatinya sedikit lega mana kala teringat dan sadar.
Tidak semata dirinya yang kesulitan hidup. Orang lain masih banyak yang mengalami nasib sama bahkan lebih parah darinya.
Tidak hanya pegawai seperti pak Bondan. Petani, pekebun dan pedagang juga memiliki kesulitan.
Petani merasa kesulitan karena panen tidak sebanding dengan usaha, tenaga dan biaya operasional....
"Astagfirullahal 'azhiim..."
Tiba-tiba pak Bondan istigfar mana kala menyadari ia telah menyigi kesulitan orang lain.
"Ada apa pak, sepertinya bapak memikirkan sesuatu yang berat dari tadi ...." sapa buk Bondan, muncul dari belakang.
"Oh, bapak dari tadi memikirkan kehidupan kita yang terasa semakin sulit, buk..." balas pak Bondan terus terang.
Buk Bondan membawa kopi seduh kesukaan suaminya. Masih berasap dan aromanya menusuk hidung.
"Diminum kopinya dulu, pak..."
"Iya, terima kasih..."
"Yang penting bapak jangan sampai putus asa. Terus dan semangat lah bekerja, mengajari anak-anak dengan baik. Insyaallah lelahnya bapak di tengah kesulitan ekonomi ini menjadi lillah..."
"Aamiin... Terima kasih, buk..."
Pak Bondan memandangi punggung istrinya yang kembali ke dapur.
Untung saya punya istri sebaik Suminah. Sabar dan selalu menenangkan dirinya disaat yang kalut sekalipun. Pak Bondan membatin.
Terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan istri yang baik, tidak banyak tingkah maupun kehendak.
Semoga kesulitan hidup yang kami alami saat ini akan segera berakhir.***