Masih Ada Maaf Untukmu (Tamat)

Pengantar cerbung masih ada maaf untukmu (tamat) - Waktu berlalu begitu cepat. Bian tumbuh menjadi seorang remaja yang cerdas. Sebagai seorang anak sudah ingin tahu siapa bapaknya. Selama ini Rahma, mamanya selalu menyembunyikan keberadaan Andika, sang papanya.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Ikuti selanjutnya Cerbung bagian terakhir ini hanya di matrapendidikan.id

*****

"Mama, Bian sudah besar dan sudah bisa berpikir tentang hidup ini...." ujar Bian memulai pembicaraan.

"Iya, Bian... Tapi maksudmu apa?"

sergah Rahma.

"Tentang papa..." cetus Bian.

Rahma terdiam. Mungkin ia sudah harus berterus terang pada putranya. Kini Bian sudah berangkat remaja.

"Sebenarnya papa Bian masih hidup atau sudah meninggal, ma? Percayalah pada Bian, apa pun jawaban mama Bian pasti menerima dengan lapang hati..." desak Bian.

Rahma kini semakin terpojok. Apa mau dikata Rahma memang harus berterus terang.

"Bian...., Maafkan mama dan juga papamu..." ucap Rahma terisak-isak.

Bian terpana. 

"Papamu masih hidup, sudah pensiun dan sudah tua. Ia hidup sendiri..." 

Lalu Rahma menceritakan kisah yang dialami bersama papanya Bian.

"Dimana papa Bian sekarang, ma...?" cegat Bian cepat.

Rahma memberi tahu putranya dan menyuruh Bian mengunjungi papanya. Ia berharap putranya tidak marah dan memberi maaf sang suaminya.

Bian memarkir motor di halaman sebuah rumah papan yang sangat sederhana namun terlihat apik.

Andika membuka pintu ketika terdengar diketuk dari luar. Seorang anak muda berdiri mematung sambil menatapnya.

"Kamu... Bian?" Andika menebak. Ia seakan melihat dirinya menjadi bagian dari raut wajah anak muda itu.

"Papa...." Bian memeluk pria tua yang sudah memasuki masa pensiun itu. "Aku kangen papa..."

"Papa juga, nak..." balas adika.

Dua beranak itu terlibat obrolan panjang dan mengharukan. Andika menceritakan kisah yang sebenarnya. 

Dan cerita papa kandungnya persis sama dengan cerita mamanya.

Bian membalasnya dengan obrolan tentang mamanya yang selalu berdalih untuk merahasiakan keberadaan papanya.

"Maafkan papa ya nak, dan juga mamamu...." ucap Andika.

Bian mengangguk. "Iya, papa... Bian maklum, semua ini papa dan mama lakukan demi untuk menjaga nama baik papa sebagai seorang guru..."

"Terima kasih, nak..."

"Saudaraku yang lain dimana, pa?" ujar Bian.

"Mereka semua sudah merantau dan tinggal di rantau..." balas Andika.

"Apa ibu tiri dan saudara-saudara Bian tahu kalau papa juga punya istri siri dan anak, pa...?" tanya Bian kemudian.

"Mereka sudah, nak. Mereka jadi marah dan meninggalkan papa sehingga tinggal di rumah ini..." jawab Andika dengan nada pelan dan sedih.

"Kasihan dengan papa, tinggal sendirian disini. Apa papa tidak berkeinginan tinggal bersama kami, pa......?" tanya Bian menyelidik.

"Iya, benar kata Bian. Sebaiknya abang tinggal bersama kami..." Tiba-tiba saja Rahma sudah  nongol di depan pintu.

"Rahma...?"

Rahma hanya mengangguk.

Andika berdiri. Rahma menghampiri Andika. 

"Tapi Rahma...."

"Tak usah malu, bang..."

"Apa kata orang di sekitarmu kalau abang mendadak muncul dan tinggal bersamamu, Rahma?

"Mereka sudah tahu semuanya, bang...."

Andika terduduk. Merasa dirinya terlalu tua jika ia hidup bersama Rahma...."

"Abang sudah tua, Rahma..."

"Memangnya kenapa kalau sudah tua?"

"Apa kalian tidak malu apa kata orang-orang di sekitar rumahmu?"

"Pa..., papa dan mama harus tinggal di rumah kami... Tidak ada yang akan merasa malu. Kalau papa sakit disini, siapa yang merawat papa?"

"Baiklah nak. Papa mau..." 

Bian merasa gembira begitu pula Rahma. 

"Alhamdulillah..." guman mereka serentak.

Andika merasa lega karena masih terbuka pintu maaf untuk dirinya.

Simak : Masih Ada Maaf Untukmu (Bagian Kelima)

Itulah akhir cerbung yang sudah menemani pengunjung Matra Pendidikan yang budiman.***(Tamat)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel