Benci Tapi Rindu

"Kamu jelek, tidak cantik...! Kenapa kamu cuek sekarang padaku...?" Riady merutuk kesal dalam hati sembari mengepalkan tangan.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Pria itu sebenarnya sadar diri. Ia tak bisa apalagi berhak menumpahkan kemarahannya pada Raisa. Ia maklum kalau saat ini perempuan itu sudah bersuami. Namun yang membuat Riady berkecil hati adalah sikap Raisa.

Terasa oleh Riady sikap Raisa sejak beberapa hari terakhir. Raisa seakan enggan untuk bertemu dengannya. Kadang-kadang ia pura-pura sibuk. Ketika hendak berpapasan Raisa sengaja memilih jalan lain. 

Dunia ini sudah pasti sempit bagi mereka. Mau atau tidak mau mereka harus bertemu. Mereka bekerja di kantor yang sama. 

"Oh, Tuhan... Aku baru sadar, aku juga sudah jelek dan tidak ganteng seperti dulu...!" keluh Riady pada dirinya. "Maafkan aku, Raisa. Aku telah marah dan kesal kepadamu. Padahal aku tahu itu tak pantas dan tak berarti apa-apa...." sambung Riady masih membatin.

Pria itu akhirnya menyesal telah merutuki wanita yang dikenalnya sejak belasan tahun silam.

Riady kembali ke masa lalu. Raisa adalah rekan kerja kantornya. Di awal mereka bertemu terlihat kedekatan di antara mereka. Raisa masih gadis sementara Riyadi sudah memiliki istri. Kedekatan itu telah menumbuhkan sesuatu pada diri Riyadi. 

Sayang sekali saat itu Riyadi hanya bertepuk sebelah tangan. Raisa segera menikah dengan pria lain. Riyady tidak memperlihatkan perubahan sehingga hubungan kerja mereka tetap berjalan apa adanya. Mereka saling membantu dalam hal tertentu yang berkaitan dengan tugas kantor.

Sampai saat ini rasa yang sudah berurat berakar dalam hati Riyadi mungkin tak akan pernah mati. Di matanya, Raisa mungkin tidak terlalu cantik. Namun suara lembut dan gestur tubuhnya membuat Riyadi terpesona. Ia benar-benar mengagumi teman sekantornya itu. 

"Raisa, aku pernah benci padamu. Tapi sungguh, aku tak akan pernah bisa melupakanmu. Aku rindu padamu, apalagi saat kita telah kembali ke rumah keluarga masing-masing..."

Kembali Riady berbicara dalam hati. 

Riady tersenyum sendiri atas kekonyolannya mengagumi istri orang. Tapi bagaimanapun Raisa adalah masa lalu yang sulit dan tak mungkin dilupakan. Hari-hari yang telah dilalui di tempat tugas yang sama adalah cerita manis perlipur lara bagi Riady.

Meskipun tidak mungkin untuk saling memiliki namun setidaknya sepotong kecil hati Riady telah dicuri oleh wanita bernama Raisa.***

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel