Dr Joharis Lubis : Sinergi Nasional Kunci Wujudkan Generasi Emas 2045
Dr. Joharis Lubis: Sinergi nasional kunci wujudkan generasi emas 2045 - (Medan) Dalam webinar bertema “Menguatkan Fondasi Kebangkitan Nasional ke-116 Melalui Pendidikan Inovatif: Membangun Generasi Emas dan Berkarakter” yang dihadiri oleh sekitar 500 akademisi dan tenaga pendidik, Dr. H.M. Joharis Lubis menekankan pentingnya sinergi dari semua elemen bangsa demi mewujudkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045.
Joharis, dosen di Universitas Negeri Medan (Unimed), menyatakan bahwa tantangan utama yang dihadapi Generasi Z dalam menjadi pribadi berdaya saing tinggi dan berkarakter kuat adalah kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan.
Ia menjelaskan bahwa anggaran pendidikan yang hanya 20% dari APBN masih banyak dialokasikan untuk pengeluaran lain, seperti gaji guru.
“Kondisi ekonomi lagi tidak baik, anggaran yang dikucurkan untuk pendidikan juga masih sama, 20% dari APBN. Padahal, kita tahu 20% itu tidak semuanya dikucurkan untuk pendidikan semata, ada yang namanya pengeluaran untuk gaji para guru dan sebagainya,” jelas Joharis, lewat zoom meeting, Rabu (19/6) lalu.
Ia juga menyoroti ketidakonsistenan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam menerapkan kurikulum yang sering berubah-ubah, serta sistem kerja dosen yang lebih banyak disibukkan dengan urusan administratif sehingga waktu untuk mahasiswa menjadi terbatas.
“Mereka (dosen) habis waktunya untuk berurusan dengan hal administrasi, sehingga waktu untuk mahasiswa menjadi lebih sedikit,” ungkapnya.
Joharis menekankan pentingnya program peningkatan mutu dan kesejahteraan tenaga pengajar untuk menciptakan siswa dan mahasiswa yang berkarakter dan berkompeten tinggi.
Menurutnya, pembinaan tidak hanya diperlukan bagi mahasiswa tetapi juga tenaga pengajar.
Menutup diskusi, Joharis menyatakan bahwa jika berbagai persoalan ini tidak segera diatasi, maka impian untuk mencapai Indonesia Emas 2045 akan sulit terwujud. “Kemana kita akan menuju? Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?” pungkasnya.*** (Gunawan Hutajulu)