Terjebak Harimau Siluman (Bagian Kedelapan)
Terjebak harimau siluman (Bagian kedelapan) - Marwati menyiapkan sarapan ketupat gulai pakis untuk anak bakonya di dapur. Sarapan yang tadi sudah dibungkus dalam plastik dituangkan ke dalam piring. Marwati menambahkan sedikit kerupuk merah di atas permukaan sarapan supaya terlihat lebih bagus di pandang mata. Tidak hanya itu, juga meningkatkan selera sarapan.
Terjebak Harimau Siluman Bagian Ketujuh
Sementara itu di ruang tamu Suryadi duduk sendiri. Ia menunggu Marwati sembari memperhatikan foto-foto kenangan keluarga paman Sariaman di dinding ruang tamu.
Mata Suryadi tertuju pada sebuah foto baru di sebelah kiri jam dinding pada salah satu sisi ruang tamu. Tiba-tiba jantung Suryadi bergetar kencang. Foto terbaru itu adalah gambar Marwati yang sedang berdiri. Mengenakan oblog putih dengan celana jeans biru sehingga anak tunggal paman Sariaman ini terlihat semakin cantik.
Suryadi terus memperhatikan foto Marwati dari kepala sampai ke kaki yang terlihat pada gambar di foto itu. Postur tubuhnya tinggi dan padat berisi dengan kulit sawo matang. Hidungnya tidak terlalu mancung, seperti kebanyakan hidung gadis desa Kembang Setangkai. Bibirnya agak tebal dipolesi sedikit gincu pemerah bibir.
Suryadi memang tidak menolak perjodohannya dengan Marwati. Namun seperti yang dikatakan paman Sariaman sewaktu di hutan belantara Bukit Alas, saingannya begitu berat, Parlan!
Ingat Parlan justru membuat hatinya menjadi ragu. Pria kaya namun berperilaku jelek itu juga menyukai Marwati. Perilakunya itu menyebabkan lamaran Parlan ditolak oleh paman Sariaman. Akan tetapi Parlan menjadi dendam kepada paman Sariaman dan bertekad menyingkirkan saingannya dalam merebut Marwati.
Suryadi nyaris celaka malam itu. Untung paman Sariaman bertindak sigap dengan mengirim utusan seorang muridnya ke tempat dimana Suryadi tidur.
"Ini sarapannya sudah siap, pak guru..." ujar Marwati muncul.
Tetapi Suryadi masih terpana menatap foto Marwati yang terpajang di dinding ruang tamu.
"Sarapan untuk pak guru sudah siap..." ulsng Marwati.
Suryadi jadi tersipu malu, ketahuan memperhatikan foto Marwati.
"Oh, sudah siap ya?" balas Suryadi seadanya.
Marwati menaruh sarapan di meja tamu di hadapan Suryadi kemudian duduk di kursi dengan posisi saling berhadapan.
"Semakin cantik saja anaknya paman Sariaman..." sindir Suryadi setelah menghabiskan sarapannya.
Marwati merasa ge-er. Ia tahu kalau ucapan Suryadi ditujukan untuknya.
"Tapi sayang sekali, aku tidak bersekolah tinggi..." kilah Marwati.
"Kalau tidak bersekolah tinggi, memangnya kenapa?"
"Sulit mendapatkan jodoh orang yang bersekolah tinggi dan berpangkat...."
"Mar... Jangan ngomong begitu dong. Jodoh itu tuhan yang menentukan, kita hanya bisa mengusahakan nya..."
"Benar juga ya, pak guru..."
"Iya, memang benar..." Marwati terdiam. Ia terpikir pesan ayahnya yang menjodohkan dirinya dengan Suryadi....
"Mar... Kamu satu-satunya anak ayah dan kini sudah dewasa. Tapi kamu masih belum bersuami juga. Ayah harap, kamu setuju dengan usul ayah ini," ujar paman Sariaman.
"Apa usulan yang hendak ayah sampaikan ..?" tanya Marwati.
Terjebak Harimau Siluman Bagian Keempat
"Bagaimana kalau keponakan ayah dijodohkan denganmu?"
"Pak guru Suryadi, maksud ayah?" pintas Marwati.
"Iya..." paman Sariaman mengangguk pasti....
"Haiii... kok kamu melamun...?" tegur Suryadi tiba-tiba.
"Ah, enggak...."
"Jangan bohong, pasti melamunkan perjodohan kita yang sudah direncanakan ayahmu..." tebak Suryadi.
Marwati terdiam.
"Aku setuju, Mar ..." ujar Suryadi menangkap keraguan Marwati.
Marwati terkejut. Perkiraannya ternyata terbalik. Ternyata pak guru, bakonya itu menyetujui rencana ayahnya.
"Kamu bagaimana?"
"Aku menurut saja, pak guru .."
"Artinya, kamu juga setuju...?"
Marwati mengangguk pelan.
Suryadi menatap Marwati dalam-dalam. Tangannya meraih tangan Marwati dan gadis anak pisangnya itu membiarkannya.
Suryadi berdiri dan pindah duduk di samping Marwati. Kedua insan itu seperti terjebak dalam rayuan setan. Tidak ada orang lain selain mereka berdua di rumah itu.
"Pak guru..., aku takut...." rintih Marwati. Semua telah terjadi tanpa dapat dikendalikan.
"Jangan takut, Mar. Aku akan bertanggung jawab...."
"Bukan itu, tapi... tanganmu sudah berubah ..." balas Marwati setelah melihat tangan Suryadi menjadi berbulu dengan tiba-tiba.
Terjebak Harimau Siluman Bagian Kedua
Suryadi tersadar. Adrenalinnya tadi sempat meningkat. Ia bergegas menuju dapur. Sampai di dapur ia meletakkan kedua tangan dilantai. Perlahan-lahan wujudnya berubah menjadi seekor harimau.
Harimau siluman itu melompat ke luar jendela dapur yang terbuka. Menghilang di balik hutan karet di belakang dapur rumah Marwati.
Sementara itu Marwati membenahi pakaiannya sembari menunggu Suryadi kembali dari dapur.***(Bersambung...)