Menumbuhkembangkan Budaya Positif di Sekolah - Idealnya, sekolah merupakan tempat yang paling nyaman bagi anak untuk belajar. Anak akan senang dan betah belajar selama berada di lingkungan sekolah. Proses belajar maupun mengajar akan berjalan secara alamiah dan lancar. Proses dan hasil belajar pun akan optimal.
Sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi anak bila terwujud situasi dan kondisi yang kondusif.
Guru
sebagai pendidik akan berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan lingkungan kondusif
sesuai dengan dengan perannya sebagai pembimbing dalam belajar.
Siswa akan mengikuti pembelajaran dengan baik dan fokus. Sementara guru membimbing semua kodrat yang dimiliki anak sebagai individu maupun anggota masyarakat sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan secara optimal. Namun demikian bimbingan yang diberikan guru mesti berpihak pada anak.
Dalam bimbingan, guru
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak sesuai potensi sikap dan karakter
yang dimilikinya. Potensi dimaksud meliputi bakat dan minat serta kemampuan
psikomotorik.
Budaya
positif di sekolah
Salah satu peran guru dalam
membimbing anak untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif adalah
menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan
nilai-nilai dan keyakinan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya positif di sekolah
merupakan suatu kebiasaan keseharian yang sudah dibentuk dalam waktu lama dan
diterapkan oleh semua warga sekolah. Budaya positif ini akan menciptakan suatu
iklim komunikasi sosial yang harmonis dan menyenangkan.
Langkah penting dalam
menumbuhkembangkan budaya positif salah satunya adalah membuat kesepakatan kelas ataupun
kesepakatan sekolah.
Kesepakatan dirembukkan bersama antara guru kelas/wali kelas serta guru mata pelajaran.
Kesepakatan yang dibuat diawal semester disetujui oleh warga kelas/sekolah. Itulah satu contoh upaya penumbuhan budaya positif di sekolah.
Penerapan budaya positif di sekolah yang lazim dilaksanakan antara lain:
1.Kepercayaan suatu kelas yang dibuat dan disepakati oleh anak bersama guru kelas/wali kelas.
2.Menguatnya sikap dan kebiasaan positif akhlak mulia yang ditunjukkan dengan kesadaran untuk shalat Zuhur berjamaah.
3.Mengikuti kegiatan Esktra-kurikuler keagamaan.
4.Meningkatkan dan kepedulian sesama manusia terhadap lingkungan yang ditujukkan dengan kesadaran anak untuk
membuang sampah pada tempatnya.
5.Menguatkan karakter peduli terhadap teman yang membutuhkan bantuan belajar seperti menjadi tutor sebaya bagi temannya yang remedial.
6.Meningkatkan kedisiplinan siswa terhadap waktu, berpakaian dan bertutur kata.
Selain contoh penerapan budaya positif di atas juga di dukung oleh penguatan verbal maupun non verbal baik melalui lisan maupun tertulis.
Poster dan spanduk merupakan contoh penguatan positif secara tertulis. Termasuk ajakan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun). Ajakan ini dipajang di tempat yang mudah dijangkau siswa misalnya di dekat gerbang sekolah atau kantor majelis guru.
Kolaborasi setiap guru sesuai mata pelajaran yang diampu berperan dalam menumbuhkembangkan budaya positif tersebut.***