Rahasia cinta gila pak bam - "Hahhh? Wirna...???" Pak Yo terperanjat kaget mendengar jawaban pak Bam. Ia tak menyangka sama sekali. Jawaban rekan kerjanya itu diluar dugaan dan sungguh tidak masuk akal.
Tadi, mulanya pak Yo hanya iseng bertanya soal tokoh perempuan yang sering menjadi tokoh utama dalam Cerpen yang dimuat pak Bam di blognya.
Ternyata pak Yo baru sadar, tokoh cerpen dalam cerpen pak Bam itu memang ada di dunia nyata. Pak Bam, sahabat dekatnya itu menyimpan rasa istimewa pada Wirna. Seorang wanita yang juga dikenalnya dekat dan sekaligus menjadi tokoh impian bagi pak Bam!
"Pak Yo jangan kaget dulu...!"
"Bagaimana aku tidak kaget? Pak Bam sudah gila, apa? Wirna itu istri orang...!"
"Aku memang sudah gila sejak lama, pak Yo. Sejak dulu aku tergila-gila padanya. Bahkan jauh sebelum ia menikah..."
"Apa dulu itu, pak Bam pernah menyatakan cinta padanya?" selidik pak Yo.
"Pernah. Aku sudah nyatakan cinta padanya tapi dia menolak...!"
"Tentu karena pak Bam sudah beristri..." pintas pak Yo cepat.
Pak Bam mengangguk. "Ya, itu salah satu penyebabnya." timpal pak Bam.
"Alasan lainnya...?"
"Beda usia yang terlalu jauh, empat belas tahun..." cetus pak Bam.
Lagi-lagi pak Yo geleng kepala heran. "Pak Bam, lupakanlah cinta gilamu itu. Berbahaya untuk saat ini dan akan sia-sia. Meskipun pak Bam sudah duda saat ini tapi itu tidak mungkin terjadi. Dia itu sudah bersuami dan punya anak-anak."
"Kalau aku masih mencintainya, kenapa pak Yo...?"
"Pak pasti sudah paham, tak baik mencintai istri orang, resikonya besar apalagi sempat merusak hubungan rumah tangga orang lain dan sempat membuat mereka bercerai...."
"Saya tau itu pak Yo. Bukankah cinta itu anugrah dari Tuhan....?"
"Kalau mencintai istri orang, itu sudah merusak hubungan rumah tangga. Itu bukannya anugrah tapi itu... laknat!"
Pak Bam manggut-manggut. "Ya, pak Yo benar. Tapi saya janji, tidak akan berbuat seperti itu. Saya hanya menyimpan dan memelihara cinta saya pada Wirna, tidak lebih pak Yo..."
Pak Yo geleng-geleng kepala. Ia kasihan dengan sahabat dekatnya itu.
"Pak Bam, ingat umurmu, sudah tidak muda lagi. Lebih baik cari pengganti istrimu yang sudah pergi meninggalkanmu. Tidak baik menduda terlalu lama."
"Pak Yo, rasanya sudah sulit untuk mencari yang baru bagiku."
"Pak Bam, patah hati?"
"Bukan, aku hanya merasa kekurangan. Aku merasa tak sanggup mengikuti alur kehidupan sosial saat ini. Semuanya diukur dengan uang..."
"Ya, terserahlah pak Bam saja. Yang penting jangan sampai mengganggu istri orang!"
"Aku akan ingat pesan pak Yo itu. Tapi...." pak Bam menggantung ucapannya.
"Tapi apa, pak Bam...?"
"Simpan rahasia ini rapat-rapat, cukup aku dan pak Yo yang tau...."
Pak Yo mengangguk. Namun hatinya masih penasaran dengan cinta gilanya pak Bam.***