Jangan Gila Pak Bam

Jangan gila pak bam - Pak Yo sedang memperhatikan sepasang ayam kampung yang sedang kejar-kejaran dibalik jendela kaca depan perumahan.

Ilustrasi gambar (pixabay.com)

Seekor ayam jantan sudah berumur agak kewalahan mengejar ayam betina yang masih muda. Sang betina sangat sigap dan lincah menghindari dari kejaran ayam jantan. Terbang melompat menghambur dari satu tempat ke tempat lain. Dari tanah melompat ke pagar rumah kos. Kemudian terus ke atas rumah. Kini sang betina menjadi aman. Sang pejantan ternyata tak sanggup terbang setinggi atap rumah.

Ayam jantan yang berdiri menengadah ke atas atap tidak akan menyerah. Belum berhenti memburu sasarannya. Akan tetapi pejantan berhasil dikecoh. Diam-diam ayam betina muda berhasil melompat ke pekarangan rumah kos sebelah.

"Hahhh? Apa? Wisna...???" Pak Yo terperanjat kaget mendengar jawaban pak Bam. Ia tak menyangka sama sekali. Jawaban rekan kerja itu tidak masuk akal.

Tadi mulanya pak Yo hanya iseng bertanya tokoh perempuan yang sering menjadi tokoh utama dalam Cerpen pak Bam di blog.

Ternyata tokoh cerpen itu ada di dunia nyata. Pak Bam, rekan kerjanya itu menyimpan rasa istimewa pada Wisna. Ia juga mengenal jauh Wisna, tokoh impian Bam!

"Pak Yo jangan kaget dulu!"

"Bagaimana aku tidak kaget? Pak Bam sudah gila, apa? Wisna itu istri orang...!"

"Aku memang sudah gila sejak lama, pak Yo. Sejak dulu aku tergila-gila padanya. Bahkan jauh sebelum menikah..."

"Tapi kenapa dulu itu nggak pak Bam nyatakan cinta padanya?"

"Saat itu aku sudah beristri. Aku sudah nyatakan cinta padanya tapi dia menolak!"

"Tentu karena pak Bam sudah beristri..." potong pak Yo.

Pak Bam mengangguk. "Ya, itu salah satunya." timpal pak Bam.

"Yang lainnya...?"

"Beda usia yang terlalu jauh, empat belas tahun..." cetus pak Bam.

Lagi-lagi pak Yo geleng kepala heran. "Pak Bam, lupakanlah cinta gilamu itu.  Berbahaya untuk saat ini dan akan sia-sia. Meskipun pak Bam sudah duda saat ini tapi itu tidak mungkin terjadi. Dia itu sudah bersuami dan punya anak-anak."

"Kalau aku masih mencintainya, kenapa pak Yo...?"

"Pak pasti sudah paham, tak baik mencintai istri orang, resikonya besar apalagi sempat merusak hubungan rumah tangga orang lain dan sempat membuat mereka bercerai...."

"Saya tau itu pak Yo. Bukankah cinta itu anugrah dari Tuhan....?"

"Kalau mencintai istri orang, itu sudah merusak hubungan rumah tangga. Itu bukannya anugrah tapi itu... laknat!"

Pak Bam manggut-manggut. "Ya, pak Yo benar. Tapi saya janji, tidak akan berbuat seperti itu. Saya hanya menyimpan dan memelihara cinta saya pada Wisna, tidak lebih pak Yo..."

Pak Yo geleng-geleng kepala. Ia kasihan dengan sahabat dekatnya itu.

"Pak Bam, ingat umurmu, sudah tidak muda lagi. Lebih baik cari pengganti istrimu yang sudah pergi meninggalkanmu. Tidak baik menduda terlalu lama."

"Pak Yo, rasanya sudah sulit untuk mencari yang baru bagiku."

"Pak Bam, patah hati?"

"Bukan, aku hanya merasa kekurangan. Aku merasa tak sanggup mengikuti alur kehidupan sosial saat ini. Semuanya diukur dengan uang..."

"Ya, terserahlah pak Bam saja. Yang penting jangan sampai mengganggu istri orang!"

Simak juga : Rahasia Cinta Gila Pak Bam 

"Aku akan ingat pesan pak Yo itu. Tapi...." pak Bam menggantung ucapannya.

"Tapi apa, pak Bam...?"

"Simpan rahasia ini, cukup aku dan pak Yo yang tau...."

Pak Yo mengangguk.***